Kalau dulu tidak ada Igo aku masih punya Ruben. Sekarang?

1.2K 57 2
                                    

Senin ini Vanya sengaja bersahabat dengan siang, mengajak mereka berkawan setidaknya ia masih punya teman setelah bermusuhan dengan fajar. Sejak melihat Ruben bersama anak kelas satu, semangat sekolah Vanya menurun drastis. Ia memilih datang siang supaya datang langsung bel dan belajar lalu langsung pulang dengan pandangan lurus ke depan, tidak mau melihat kiri kanan takut-takut ia melihat sesuatu yang menyakitkan hatinya.

Kalau dulu tidak ada Igo, aku masih punya Ruben. Sekarang? Aku kehilangan dua-duanya. Patah hati!

"Vanya!" Itu suara Mutia dan Bayu. Vanya menoleh.

"Kenapa?"

"Kamu menghilang begitu saja. Kamu enggak mau main lagi sama kita?"

"Enggak Mut. Kalian mau ikut? Aku dijemput supir."

"Kami enggak tahu kamu dijemput supir sekarang."

"Mau ikut?"

"Kita ikut kamu. Tapi janji tumpahkan semua yang kamu rasa. Kita tahu apa yang sedang terjadi antara kalian."

"Kalian? Maksudnya?"

Mutia menggenggam tanganVanya. "Vanya, kita sahabat enggak cuma sehari dua hari. I knew you so well. Cerita. Apa kamu mau tersiksa terus-terusan bersembunyi di kelas? Kamu bukan Vanya yang kuat lagi. Senyum Vanya, itu kekuatan kamu."

Air mataVanya menetes. Itu ucapan Ruben.

"Ayo. Jangan sampai Ruben tahu kamu nangis." Bayu langsung menarikVanya.

"Vanya, Bayu, Mutia!!" Anggun dan Johan mengejar

"Vanya kamu? Pasti Ruben." Anggun bergumam kesal.

"Jadi kalian sudah tahu semua?"

Mereka saling bertatapan.

"Ayo kita bahas ini di mobil Vanya." Bayu langsung mengajak pulang.

Tanpa mereka sadari, mereka melupakan Alfa. Alfa melihat mereka yang tidak mungkin dikejar lagi. Diam-diam Alfa mengepal jemarinya.

Vanya menangis dipelukan Anggun, ini kumulatif kesedihan berminggu-minggu yang ia pendam sendiri.

"Aku lihat Ruben pas malam penghargaan sama cewe kelas satu."Vanya menarik nafas kencang dan menghembuskannya keras. Terdengar sekali kalau patah hati.

"Ruben memang sudah pacaran Va. Apa yang kamu lihat benar." Jelas Mutia."Aku tahu ini alasan kamu menghilang begitu saja. Sekolah ini sempit, cepat atau lambat kamu pasti tahu." Mutia mengungkapkan isi hatinya.

"Aku salah ya patah hati? Selama ini aku dan Ruben hanya sahabat tapi aku sakit dia pacaran. Aku enggak bisa bohong kalau aku patah hati. Kemarin aku memang tegas kami sahabatan tapi pas tahu Ruben sama cewe itu, hatiku sakit sekali."

"Va.. kita ngerti. Bahkan sebelum kamu tahu kita sudah membayangkan posisi kamu. Ya seperti yang kita pikir, bagaimana dengan kamu. Ruben bilang kalian hanya sebatas sahabat. Bayu sendiri yang mempertegas kedekatan kalian, Ruben bersih keras kalian sahabatan. Tadinya kita mau tanya pendapat kamu Va, tapi itu pas musim ulangan pertama, kita semua tahu kalau kamu benar-benar fokus dan kita enggak mau hal ini merusak nilai-nilai kamu. Akhirnya kita tutup rapat semuanya." Jelas Mutia lagi.

"Tapi pas kita ke rumah Ruben, siangnya kami masih makan bareng di kantin. Ruben masih memperlakukan aku sama seperti biasanya. Teater kelasku, dia nawarin aku pulang bareng dan dia masih nganterin pulang."

"Pulang bareng Va? Di situ kan mereka baru jadian Minggu kemarinnya."

"Kalian tahu Ruben nembak cewe itu?"

"Dia sempat minta izin Va, sekalipun kami semua enggak ada yang setuju."

Hatiku seperti diperas. Ini sakit sekali.

"Maaf Va. Aku cuma mau kita semua jujur tanpa ada yang ditutupi demi kebaikan kita kedepannya, sakit memang tapi biar sekalian selesai, lebih sakit kalau tahu belakangan." Anggun menggenggam.

Aku langsung ingat moment traktiran jadian Bayu dan Mutia. Pertanyaan anak-anak soal traktiran kalau Ruben dan aku pacaran. Waktu itu aku punya Igo, ketakutan luar biasa. Dan Ruben menangkap jelas ketakutanku, dia menenangkan aku dengan caranya. Sekarang Igo atau Ruben sudah tidak ada lagi. Aku kehilangan dua-duanya. Sakit sekali. Sesak!

"Kalian ceritain aja semuanya." Vanya menahan air mata, menarik nafas panjang. "Aku lebih baik tahu faktanya dari kalian daripada menerka-nerka sendiri dan itu rasanya sakit banget."

"Ini dimulai dari Sabtu sebelum tahun ajaran baru dimulai. Aku cerita ini berdasarkan pengakuan Ruben. Diaz, sudah langsung menarik perhatiannya. Karakter Diaz yang polos dan kekanakkan membuat Ruben seperti sosok yang dibutuhkan dan mereka dapet chemistryitu. Anak OSIS tahu karena Ruben menunjukkan kalau dia melindungi Diaz. Dan Diaz menangkap sinyal Ruben. Pendekatan mereka lebih intens di luar sekolah. Karena Ruben enggak mau mencolok. Akhirnya mereka jadian. Dan kejadian pas malam penghargaan itu mereka sudah resmi pacaran." Jelas Mutia.

Aku pasrah. Tuhan apa ini? Sakit sekali. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Jadi sudah selama itu?"

"Awalnya kami sempat yakin kalau kalian memang enggak ada perasaan khusus, tapi ternyata rasa curiga kami benar. Va, kapanpun kamu butuh teman kami siap." Anggun berusaha menenangkan.

Aku menumpahkan kesakitan ini. Sakit sekali!

Mereka baru pulang malam dari rumah Vanya. Dan hari-hari di sekolah mereka setia datang ke kelas sahabatnya itu dan menemani di rumah sampai Vanya benar-benar bangkit. Yah mereka memang sahabat yang hebat!

"Aku enggak yakin aku fokus belajar untuk ulangan musim ketiga."

"Bisa. Tunjukin kalau masalah hati enggak mempengaruhi nilai." Ujar Anggun.

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang