Kita hanya sedang diuji. Kita jangan sampai pecah."

1.2K 57 0
                                    

"Ayo kita makan siang di kantin Va."

"Aku enggak lapar Gun."

"Va, sampai kapan kamu siksa diri kamu sendiri gara-gara Ruben? Aku enggak terima kamu terpojok begini karena mereka berdua. Ayo Va!"

"Aku enggak bisa Gun."

"Va, setidaknya kamu minum jus supaya perut kamu enggak kosong. Kamu mau sakit? Ayo dong Va. Kamu enggak sendiri, ada kami berlima."

Vanya menggeleng. "Kalian aja. Aku enggak apa-apa di kelas."

"Al. Vanya enggak mau makan. Kamu lihat kan dia kurusan?" Beritahu Anggun ketika Alfa datang.

Alfa mengangguk. "Va, kalian ngobrol apa kemarin pas pulang?"

"Dia tanya apa kita masih bisa berteman."

"Tentu saja tidak seperti dulu!" Cetus Anggun. "Kamu harus jual mahal Va."

"Aku bilang lakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Kita masih bisa berteman."

"Va, aku tahu kamu sayang sama Ruben, tapi bukan kamu jadi tampak bodoh dan kalah di depan cewenya. Dewasa Va, jangan cengeng dan lemah begini."

"Aku emang lemah, aku sendiri enggak tahu kenapa aku jadi lemah begini Gun. Aku enggak minta begini. Siapa sih yang minta patah hati?!"

"Gun cukup. Jangan tekan Vanya lagi."

"Maaf Va. Maksud aku enggak bikin kamu makin tertekan." Anggun keluar dari kelas Vanya dengan emosi. Dan ia menatap penuh kebencian pada Ruben dan Diaz ketika melewati mereka di depan koperasi. Ruben paham arti tatapan sahabatnya itu. Apalagi Anggun baru saja dari arah kelas Vanya.

"Maafin Anggun Va. Dia hanya enggak mau kamu terpuruk. Caranya tegas tetapi kamu memang lagi rapuh. Aku akan tenangin dia. Al." Johan menyusul Anggun. Dan ia melempar tatapan penuh makna ketika melihat Ruben dan Diaz yang sedang berdua di depan koperasi, tatapannya memberitahukan kalau sedang ada yang tidak beres.

"Mau nangis? Nangis sini." Alfa meraih Vanya dan mendekap Vanya dalam pelukannya. "Mau sampai kapan Vanya?" Hanya tangisan Vanya yang menjawab.

DI lapangan, Bayu yang sedang main dengan teman-teman basketnya bingung melihat Anggun dan Johan yang jalan terburu-buru dengan wajah tidak santai. Ia pun langsung menyusul Anggun ke kelas.

"Ada apa?"

"Anggun tadi ngajak Vanya makan siang tapi Vanya enggak mau. Anggun hanya enggak mau Vanya terpuruk terus-terusan."

Bayu langsung menarik Anggun kepelukannya. "Semua pasti baik lagi Gun."

"Ini salah anak kelas satu itu."

"Kita hanya sedang diuji. Kita jangan sampai pecah."

Kristal bening menetes dari sepasang mata cantik Anggun.

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang