"Kau siap menyambut ujian nasional?" Tanya Papi ketika makan malam.
"Siap."
"Kau mau kuliah apa nanti?"
"Kedokteran. Aku mau coba beasiswa UI."
"Kau tidak mau kuliah di luar negri?"
"Luar negeri? Oh Papi, di sekolah semua mengejar universitas negeri supaya murah, Papi malah menawarkan kuliah di luar negeri, hebat sekali keluarga kita!"
"Biarkan mereka yang membutuhkan yang mendapat beasiswa Va. Papi masih mampu biayai kamu kuliah kedokteran di luar negri sekalipun."
Vanya menatap Alvaro yang mengamati percakapan mereka. Ia berharap sebuah pembelaan. "Tapi Va kejar beasiswa buat prestasi Va Pap, bukan soal ekonomi."
"Lalu yang posisinya kau geser?" Papi mengulum buah apel. Tanda ia akan menyudahi makan malam. "Lalu kau Al?"
"Aku ingin jadi pengacara. Aku sudah lama ingin jadi pengacara."
"Harvard?"
"Harvard?" Alfa terbelalak.
"Kau mau kuliah hukum di sana?"
"Mau."
"Daftarlah Al. Papi akan bangga sekali kalau anak Papi kuliah di sana. Dan kau mau kan membanggakan Papi?"
"Mau. Mau Pi."
"Kau bujuk adikmu supaya mau kuliah di luar negeri."
Alfa masih tidak menyangka drastic berubah menjadi lebih indah. Kuliah hukum di Harvard, ini mukzizat!!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Persahabatan
RomanceVanya. Mutia. Anggun. Bayu. Ruben. Alfa. Johan. Potret persahabatan dengan sejuta cerita yang terekam dalam seribu bingkai ekspresi.