Ruben POV

1.1K 58 0
                                    

Debu berterbangan, asap menempel. Tidak, ini tidak baik. Kota ini terlalu jahat. Sangat tidak bisa diajak berkompromi. Panas terik melahirkan angin panas yang bersemburan di Angkasa, jatuh menjadi butiran-butiran debu halus yang lengket dan kotor. Hijau dedaunan tak sanggup menelan kejamnya polusi. Ironis!

Tetapi itu semua tidak lebih jahat dari aku sendiri. Diaz. Dia pilihanku sekarang. Aku harus terus melanjutkan hidup. Aku tidak boleh terkunci dalam dilemma. Vanya hanya masa lalu yang salah, aku tidak mau mengganggunya dengan Igo, sekalipun aku tidak tahu pasti apa mereka benar sepasang kekasih, tetapi semuanya cukup membuktikan. Lalu apa aku salah memilih Diaz?

Aku terpaku. Menoleh lamban karena bergetar. Kuserahkan harga diriku saat itu dengan tatapan yang mempersilahkan mereka menghakimi keputusanku. Aku hanya ingin minta restu dari sahabat-sahabatku. Namun niat baik ini menuai penolakan. Lalu?

Hari terus berulang tanpa kepastian. Aku bergelut dengan dilema yang semakin mengejarku menuntut sebuah keputusan, bertapa untuk sebuah jawaban dan bersembunyi dibawah senda gurau. Aku, berdansa dengan kegalauan dan berkompromi dengan desakan pilihan. Sejenak berpikir, aku bukan siapa-siapa untuknya. Pantaskah? Aku meredam emosi dan mensejajarkan egoku dengan kewarasan yang seharusnya. Berusaha tenang, mengisi paru-paru dengan oksigen. Kemudian mengangkat dagu melangkah lurus. Aku tahu!

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang