Di kamar Vanya
Vanya dan Alvaro sedang duduk berhadapan di tempat tidur. Mereka seperti membicarakan hal serius. Vanya sedang bercerita panjang lebar tentang sekolah dan Alvaro mendengarkan adik perempuan satu-satunya ini dengan khidmat.
"Jadi kamu sudah menaklukan teman-temanmu? Juga punya musuh?" Tanggap Alvaro tenang disertai anggukan adiknya. "Kawan selalu berpasangan dengan lawan."
"Tapi aku takut aku tidak juara satu. Aku sudah belajar keras tetapi aku tidak tahu siapa yang paling pintar di kelasku, termasuk Ruben. Aku rasa dia juara kelasnya."
Alvaro mendaratkan lima jarinya di pipi Vanya. "Yang penting kamu sudah berjuang keras sayang. Kamu bisa belajar dari hasil akhirnya."
Vanya menatap Alvaro. "Kakak sudah berusaha keras juga cari pacar?" Alvaro tersenyum. "Jangan terlalu pemilih dan dingin Kak, mungkin mereka takut."
"Apa aku sekaku itu Va?"
"Kakak terlalu sempurna."
Alvaro memeluk Vanya. "Aku tidak sembarang mengambil perempuan untuk istriku, dia harus bisa menyesuaikan diri juga samamu. Kau yang terutama untukku." Dibalik tubuh Vanya, mata topas Alvaro berkaca-kaca, ia seperti menyimpan sebuah rahasia besar, pelukannya yang hangat menahan gejolak ingin memberitahu Vanya suatu kebenaran yang ia tahu dan simpan selama ini.
"Ada apa?" Suara lembut Vanya mengacaukan ketenangan yang sedang ditata Alvaro. "Mau sampai kapan Kak Alvaro simpan rahasia tentang aku? Ini soal Ibu kan?"
Alvaro melepas pelukannya. "Kau tumbuh menjadi pintar dan cantik Va. Percis seperti Ibu. Suatu hari nanti kamu pasti tahu kenapa aku dan Papi merahasiakan ini."
"Ibu kita jahat ya Kak? Atau kelahiran aku membunuh Ibu?"
Wajah datar Alvaro semakin menggali rasa penasaran Vanya.
"Besok Kakak jemput kamu ke sekolah."
"Aku pulang sama teman-temanku. Enggak usah merasa bersalah, I'm OK."
"Vanya." Alvaro memeluk Vanya sekali lagi. Menumpahkan rasa maafnya lewat eratan pelukan dan ia senang Vanya menerima maafnya lewat balasan pelukan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Persahabatan
RomanceVanya. Mutia. Anggun. Bayu. Ruben. Alfa. Johan. Potret persahabatan dengan sejuta cerita yang terekam dalam seribu bingkai ekspresi.