"Igo?" Vanya kaget. "Bukannya kau ?"
"Malam ini malam inagurasi. Teman-teman mess dan senior mengatur semuanya untuk aku menemuimu. Kau mau ikut denganku Va? Malam ini saja."
Vanya mengangguk. "Aku ganti baju sebentar."
Igo sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang matang. Ia sudah meninggalkan kenakalan-kenakalan remajanya di belakang sana. Dan mengejar mimpinya. Sekarang dia sedang mempersiapkan diri menyambut sebuah masa depan. Katanya, aku.
Malam ini Igo membawaku ke acara malam inagurasi sekolah penerbangannya, itu artinya ia sudah mantap memperkenalkan aku ke pergaulannya. Aku memperhatikan Igo sepanjang kami bersama teman-temannya sepanjang makan malam, dia tidak lepas menggenggamku, dia pria yang romantis dan popular, yang lebih dominan lagi aku melihat kebanggaan ketika ia menggandengku ke meja para seniornya, wajah tampannya terlukis sempurna ketika ia tertawa karena godaan semua yang datang di sana. Jujur, aku sangat bahagia diperlakukan seperti Princess oleh Igo.
Kami tidak lama di sana, setelah makan malam selesai, Igo langsung berpamitan. Igo berbisik kalau ia ingin berduaan saja denganku. Aku lantas tersenyum. Bukan sekedar alasannya itu, karena cara dia berbisik begitu intim. Beberapa mata melihat ke arah kami, jujur aku bangga melihat mata-mata cemburu mereka. Siapa yang tidak senang diperlakukan manis seperti ini oleh cowok sekeren Igo.
"Sahabat-sahabatku sudah tahu hubungan kita." Aku memulai percakapan ketika kami sudah berdua. "Menceritakan semuanya. Aku senang mereka menerima, seperti yang aku pikirkan sebelumnya." Aku menatap Igo ketika bicara. Ia juga menatapku. Aku pikir ini suasana yang tepat, karena akhirnya kami terbuka dengan pergaulan kami masing-masing.
Igo mengelus pipiku hangat. "Ini kabar baik." Igo tersenyum dan menatapku hangat. Hangat menjalar sampai aku merasa tubuhku hangat dan teduh. Aku suka cara ia menatapku. "Sebelumnya selamat kau lulusan terbaik. Aku bangga sama gadis asing yang ternyata high quality."
"Kalian terlalu meremehkanku kemarin." Vanya memukul dada Igo lembut.
"Vanya, kita sudah melalui yang lebih berat dari ini. Kau masa depanku Vanya, kau jangan meragukan aku."
Aku tak lepas memandangi Igo sepanjang malam ini. Melukis senyum untuk Igo.
Lima jari Igo mendarat lembut dikepalaku, lengan kirinya melingkar dipinggangku kemudian mengecup pipiku. "Aku yakin sama hubungan ini Vanya, always pray for us."
Aku terkesiap. Pray? Sejak kapan Igo jadi kudus seperti ini?
"You always pray for us, Igo?"
"Aku hanya bisa melakukan itu Vanya, aku tidak punya kekuatan lain selain kasih yang begitu tulus untukmu. Aku hanya mengandalkan doa-doaku."
"Igo." Tanpa diminta air mataku menetes, pastinya setelah berkaca-kaca sejak tadi kami berduaan. Bahkan selama ini aku tidak pernah melakukan hal sekudus ini untuk apapun, semua hanya sebuah rutinitas. Tetapi Igo mengajarkannya untukku. Pray. I will do it for us, dear Igo.
"Aku akan berdoa untuk kita Igo. Untuk masa depan kita. Tunggu aku. Kita berjuang bersama." Tentu saja kalimat itu tidak terucap dibibir. Dia sudah komitmen pada dirinya sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Persahabatan
RomanceVanya. Mutia. Anggun. Bayu. Ruben. Alfa. Johan. Potret persahabatan dengan sejuta cerita yang terekam dalam seribu bingkai ekspresi.