Chapter 4 -- Apa kau percaya ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan?

1.3K 56 0
                                    

II SMA.

Tujuh Sahabat dipencar. Hanya Anggun dan Johan yang sekelas. Ini benar-benar konspirasi! Mereka mengeluh ketika hari pertama. Sepertinya tahun ini harus adaptasi mulai dari nol lagi. Dan ini sungguh menyebalkan!

Tujuh Sahabatduduk di teras kelas Alfa,memperhatikan ospek kelas I. Kecuali Ruben. Ia sedang menjadi Panitia Ospek. Mereka jadi ingat setahun lalu. Masa-masa paling menakjubkan dan mereka telah melewatinya dengan sangat meriah.

"Senyam-senyum." Bayu meledekVanya.

"Setahun lalu aku terlihat bodoh. Dan tahun ini tidak ada yang sepertiku."

"Kau memang paling berbeda. Tapi kau jenius."

Mereka tertawa.

Tujuh Sahabat memperhatikan Ruben. Ia berwibawa sekali di bawah sana, menjadi idola kelas satu sebagai Wakil Pembina MOS. Charming!

"Apa kau bangga bisa menjadi orang terdekatnya, meskipun menuai badai cemburu dari Igo?" Bisik Alfa pada Vanya. "Apa kabar Igo?"

"Dia meninggalkan aku begitu saja. Terakhir.."

"Terakhir pas pertunjukkan Tribute For Third Graduation?"

Vanya mengangguk. "Kau tahu?"

"Aku melihatmu dan Igo di koridor kelas tiga."

"Kenapa kau baru kasih tahu aku sekarang?"

Alfa menarik nafas panjang. "Maaf, kita tidak pernah punya kesempatan ngobrol berdua." Suara Alfa terdengar berat. "Apa dia datang waktu kau di Rumah Sakit?"

"Tidak. Kau memberitahunya?"

"Iya."

"Kenapa Al?"

Alfa mengatur nafasnya, menenangkan diri. Ia janji pada Igo untuk tidak memberitahu soal ini. "Karena dia masih kekasihmu kan?" Jawab Alfa seadanya.

Vanya mengangkat bahu. "Aku tidak tahu."

"Kalian bertengkar?"

Vanya menatap Alfa emosi. "Kenapa pertanyaanmu dari tadi seperti ini?"

Alfa lagi-lagi menarik nafas. "Ada masalah Va?"

"Kau sepertinya mengganjal sesuatu Al."

Alfa menangkup wajah Vanya. "Siapa yang kau cintai Vanya?"

Vanya tidak percaya Alfa menyuguhkan pertanyaan itu. "Apa menurutmu aku selingkuh Al? Atau menurutmu aku dan Igo hanya cinta sekilas? Apa Al?"

"Kita bicarain berdua."

"Enggak Al, enggak ada yang perlu dibicarakan."

Alfa mengangguk.

"Apa yang kalian bicarakan? Kalian enggak mau ke kantin?"

Tujuh Sahabat masih selalu bersama. Beberapa kali masih sempat main ke rumah Johan atau Ruben, makan siang bersama di kantin, nonton bareng tanding sepak bola Ruben, jadi suporter Mutia dan Bayu sparing basket di sekolah-sekolah. Mereka juga masih kempo dan jadwal ini yang benar-benar dimanfaatkan untuk selalu bersama.

Tetapi kebersamaan itu sebentar saja! Mereka mulai disibukkan dengan kegiatan belajar. Semester ini kelas dua sibuk dengan proyek seminar untuk pelajaran Bahasa Indonesia, teater untuk Bahasa Inggris, apotek hidup untuk Bimbingan Konseling, karya ilmiah untuk Fisika dan pentas untuk Kesenian. Sehingga fokus ke kelas masing-masing.

***

Potret PersahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang