SPECIAL CHAPTER : Hari Raya Kurban

1.6K 211 17
                                    

Selamat Hari Raya Idul Adha
Jangan lupa dagingnya bagi-bagi ya wkwk





Happy reading💕






















Tahun ini, pasukan penghuni kost merayakan hari raya kurban atau  Idul Adha di kostan karena bertepatan dengan ujian akhir semester. Sebenarnya mereka juga sering merayakan hari raya kurban di kostan bahkan bareng bu Nana dan keponakannya, Banu. Ya, walaupun jauh dari rumah tapi pasukan penghuni kost tetap ingin membawa ‘suasana rumah’ di kost dengan cara...memasak makanan rumah masing-masing yang biasa dimasak oleh ibu mereka pada saat hari raya kurban. Tradisi ini bermula sejak Wawan, Vernon dan Chan menjadi bagian dari pasukan penghuni kost.

Jadi waktu itu, Wawan, Chan dan Vernon masih semester 1 dan kondisinya sama--mereka juga tidak bisa pulang ke rumah karena hari raya kurban berada ditengah-tengah jadwal kuliah. Bahkan, libur yang diberikan oleh kampus hanya 2 hari--saat hari raya dan H+1 setelahnya. Sebagai mahasiswa baru yang tidak ingin menghamburkan uang, mereka memutuskan untuk tetap di kostan. Tapi...resiko karena baru jadi anak rantau, saat itu Satria melihat Wawan menangis karena rindu keluarga. Akhirnya, untuk mengurangi rasa kangen dengan keluarga dan membuat hari raya kurban yang liburnya cuma 2 hari itu seperti di rumah, Satria sebagai ketua kost memutuskan dengan tradisi memasak itu

“Oo oke bu, gae daun salam to? (Pakai daun salam kan?) Yowes, Ochi tutup yo telpon e, bu (ya sudah, Ochi tutup ya telponnya, bu). Iya iya bu. Dah ibu, sehat-sehat ya bu. Assalamualaikum” Ochi terkekeh sesaat setelah mematikan telepon dari ibunya. Sedangkan Vernon asyik memperhatikan Ochi yang bercengkrama dengan ibunya di telepon

“Jadi hari raya besok lo masak apa bang?”
“Hm? Oh, biasa. Gue masak rawon khas Malang dong”
“Wah, gue mau”
Ochi terkekeh melihat mata Vernon yang berbinar saat ia berkata akan masak rawon, “Semua dapet kok. Lo sendiri mau masak apa?”

“Kali ini bukan gue yang masak, tapi Sofia bang. Katanya mau masak yang beda”
“Gak masak teng...geng?”
“Tengkleng bang. Nggak, katanya mau masak selat solo”
Ochi hanya mengangguk-anggukan kepalanya setelah mendengar ucapan Vernon, “Eh, selat bukannya yang ada diantara dua pulau ya?”
Seketika Vernon menatap Ochi datar, “Gak tau. Gue bukan anak ips. Gue anak bahasa”



---




Hendra tersenyum simpul sembari berkeliling untuk melihat-lihat...sapi. Iya, sapi. Sapi dan kambing buat kurban besok yang sudah di siapkan di halaman masjid komplek. Pak RT alias pak Siwon ‘sengaja’ memanggil Hendra untuk mengecek apakah sapi-sapi dan kambing untuk kurban sudah sesuai dengan standar kesehatan atau belum.

“Hen”
“Iya pak?”
“Gimana kabarnya?”
“Saya baik”
“Bukan kamu. Sapi sama kambingnya”
Seketika Hendra menatap malas kearah pak Siwon, “Silahkan tanya sendiri aja pak”

Pak Siwon tertawa mendengar jawaban Hendra, “Bercanda doang. Ya masa saya tanya sapi? Ya kan sapi?” ucap pak Siwon sambil menepuk-nepuk sapi di sebelahnya, “Canda sapi” dan kemudian tertawa lagi
Sedangkan Hendra hanya menatap datar pak Siwon yang sedang tertawa karena...sapi. Sudah biasa, di kost nya juga banyak yang sejenis dengan ketua RT nya itu

“Ini...sapinya banyak banget pak. Dari mana aja?”
“Waduh saya gak tanya mereka dari mana aja, kayaknya ada yang dari menteng, lebak bulus, tanah abang, dari mana lagi ya? Saya gak tanya alamat rumah mereka” ucap pak Siwon sembari tertawa namun seketika tawanya perlahan memudar setelah melihat Hendra menatapnya datar

“Ekhem, bercanda. Jangan serius-serius amat lah, Hen. Nanti sapinya takut. Ini yang paling besar dari pak Suho. Itu loh yang punya kostan nomor 21. Katanya dikurbankan atas nama anak-anak kostnya yang muslim--”
“Kaya banget”
“Ya gitu orang kaya, Hen. Bingung gimana ngehabisin duit. Ya mending lah dibuat kurban, daripada buat beli barang haram atau semacamnya”
“Iya juga sih pak”

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang