SPECIAL CHAPTER : Upacara

3.9K 465 30
                                    

Special Chapter untuk merayakan Dirgahayu Indonesia ke 75🇮🇩

Happy Reading💕

























“B*ngsat! Ngapain pake upacara segala sih?! Dadakan banget”
“Kemeja putih mana kemeja putih?!”

Waktu menunjukkan pukul 12 siang saat pasukan penghuni kost nomor 17 menerima kabar bahwa akan diadakan upacara pengibaran bendera serentak di fakultas mereka masing-masing dan WAJIB hadir, jika tidak maka absen mereka akan dipotong. Kata-kata wajib itu...benar-benar membebankan mahasiswa sejenis pasukan penghuni kost yang suka bolos--apalagi kalo absen dipotong, otomatis jatah bolos mereka juga berkurang

“Astagaaa, ngapain harus upacara bendera segala sih?! Udah seneng gue lulus dari SMA gak ada upacara. Ternyata masih ada” Juna terus mengeluh sembari mengeluarkan seluruh isi lemarinya hanya untuk mencari patch logo HIMA jurusannya yang belum dipasang sejak semester 1--padahal wajib

“Woy, dasi gue kemana ini?! Bisa-bisanya ilang disaat genting kayak gini” tidak hanya Juna, suara-suara keluhan bisa terdengar di seluruh penjuru rumah

“Perasaan tahun kemarin aja gak ada upacara beginian. Ini ngapain pake diadain segala?”
“Rektornya kan baru Josh”
“Ke rumah pak rektor ae yok”
“Ngapain bang?”
“Bakar! Biar besok gak jadi upacara”
“Bagus juga ide lo”
“Ya, siap-siap aja kalian di DO terus masuk penjara”
Ochi tergelak sembari menepuk pundak Satria, “Upacara nya pindah ke penjara, bang”

Huru hara yang terjadi di kost nomor 17 bahkan belum selesai hingga jam menunjukkan pukul 3 sore

“Non, lo ada dasi lebihan gak?”
“Sorry bang, gak ada”

Rakha berjalan mondar mandir dari kamarnya - rak sepatu - kamar Sakha - rak sepatu
“Lo ngapain mondar mandir sih bang? Pusing gue lihatnya” Sakha yang membawa sepatunya untuk disemir terdiam melihat abang kembarnya yang mondar mandir ganteng

“Sepatu pantofel gue mana ya, Kha?”
“Bukannya sepatu lo terakhir lo pinjemin ke bang Rehan ya? Buat pemilihan duta univ” Rakha menepuk jidatnya pelan, “Iya juga ya. Astaga jadi gue harus ke kostan nya Rehan buat ngambil sepatu?!”

Rakha segera menelpon Rehan, “Halo..eh Assalamualaikum?”
“Waalaikumsalam” jawab Sakha yang sedang menyemir sepatu saat melihat abangnya menjadi begitu cerewet hanya karena kehilangan sepatu

“ABANG-ABANG!! ADA YANG BISA JAHIT PATCH GAK?!”
“Sini gue bantu, Chan”
“Lo bisa jahit bang?”
“Gak usah dijahit. Tempel aja pake double tape” Chan menatap datar Dava dan langsung kembali ke kamarnya setelah mendengar jawaban pria bertubuh jangkung itu
“Lho? Gak jadi?”

“Aduhh, almet gue masih di laundry!! Gimana ini?!” Hendra berjalan panik dan pergi keluar kost--sepertinya menuju tempat laundry

Wawan berjalan mondar mandir untuk menyiapkan pakaian yang akan ia pakai untuk upacara besok. Rasanya seperti ospek kembali
“Wan, jadi beli dasi gak?”
“Ayo bang!”

“Kemeja putih udah di setrika, celana kain hitam udah ada, almet siap, dasi...dasi? Dasi gue mana ya? ASTAGA GUE JADIIN TALI JEMURAN!!”

Kost nomor 17 benar-benar seperti kerusuhan hanya karena akan diadakan upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Berbeda dengan penghuni kost lain yang saat ini seperti kebakaran jenggot, Uzi saat ini cuma duduk diam di depan rak sepatu dan terus mengamati sepatu-sepatu yang berjejer di hadapannya
“Sejak kapan sepatu gue membesar?”











Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang