KKN Story 2 : Ada Apa Dengan Madava?

962 143 17
                                    

Happy reading💕







































Tidak terasa sudah lebih dari seminggu mereka berada di Bali untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata sebagai salah satu mata kuliah wajib yang harus mereka tempuh agar dapat lulus dari bangku perkuliahan. Selama lebih dari satu minggu juga mereka belajar banyak budaya, adat istiadat, kebiasaan, bahkan mempelajari sifat banyak orang selama KKN—apalagi mereka yang tergabung dalam satu kelompok, tinggal bersama dalam satu rumah dalam kurun waktu 1 bulan, padahal sebelumnya mereka belum tentu mengenal satu sama lain. Pasti banyak perbedaan sifat dan kebiasaan baru yang mereka ketahui

Pagi ini, kelompok Hendra akan mengadakan program pemeriksaan kesehatan hewan di desa mereka karena kebetulan desa tempat KKN mereka merupakan salah satu penghasil…babi. Iya, hewan babi—dan mereka adalah supplier untuk beberapa rumah makan di Bali. Selain itu, minggu depan desa mereka akan melaksanakan upacara tumpek kandang. Katanya sih upacara untuk hewan, Hendra juga gak ngerti

"Ngapain lo, Koh?" Winwin yang baru saja keluar dari rumah menatap aneh pada Hendra yang sibuk dengan handphonenya. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi dan pria itu sudah sibuk dengan handphonenya sambil nongkrong didepan rumah

"Lo masih bisa lihat kan?"
"Masih" jawab Winwin ketus, "Lo pasti sibuk chatan sama Cecil kan?"
Hendra melirik pada Winwin sejenak dan menampakkan senyum mengejeknya, "Lo iri kan?"

"Cih! Ngapain gue iri?! Gue juga chatan sama cewek kok!"
"Halah, kayak lo punya aja"
"Punya kok!"
"Siapa?"
"Cece gue"
Hendra hanya bisa tersenyum miris mendengar jawaban Winwin, "Kasian.."

Winwin menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri—seakan mencari sesuatu, "Lo kagak bawa apa-apa, Koh?"
"Emang mau bawa apaan?"
"Lah mana gue tau, kan lo yang biasanya meriksa hewan"
"Gak usah bawa apa-apa"
"Emang gitu?"
Hendra menganggukan kepalanya mantap, "Iy—"

"Yuk!" ajakan Ansel membuat Hendra dan Winwin menatapnya bingung
"Mau kemana?"
"Katanya mau meriksa ternak"
"Emang lo tau tempatnya?" tanya Winwin
"Lah lo yang ikut sama pak Kades kemaren. Rumah seberang kebon singkong itu kan?"
"Kata pak Kades nunggu Dimas dulu. Nanti dia yang nganter"

Ansel mengangguk-anggukan kepalanya, "Oke" pria menepuk pelan kaki Hendra yang sibuk dengan handphonenya, "Oi, kagak bawa apa-apa lo?"
"Bawa diri" jawab Hendra acuh
"Kalo kagak bawa diri, berarti lo gak ikut. Bawa stetoskop kek, apa. Masa kagak bawa apa-apa?"
"Mau bawa apa?"

"SERTIFIKAT RUMAH!" Ansel semakin kesal dengan Hendra yang hanya menjawab seadanya dan lebih fokus dengan handphonenya, "Ya alat pemeriksaan lo biasanya, Hen. Yang mau lo periksa hewan ya bukan manusia yang bisa lo tanya 'Selamat pagi Babi, ada keluhan apa?'" fyi, Kokoh Ansel Menteng juga merupakan seorang mahasiswa kedokteran hewan sama seperti Hendra, "Lo lagi ngapain sih?! Hape lo lagi kenapa? Sampe harus lo perhatiin segitunya"

Dengan wajah datarnya, Hendra menunjukkan sebuah room chat nya dengan Cecil pada Ansel dan Winwin, "Gue kalah sama kucing" dalam chat itu, Cecil menunjukkan betapa akrabnya kucing mereka—Katty dengan sang Papi. Bahkan Cecil berkata bahwa Katty saja sudah bisa akrab dengan Papinya, Hendra kapan?
"Cailah, kalah sama kucing. Jadi babi aja, Koh. Siapa tau lebih disayang"
Ansel menepuk pundak Winwin, "Dia gak pantes jadi babi, pantesnya jadi ANJ*NG!"
.
.
.


"Babi 15, catet Win"
"Babi…15" gumam Winwin sambil mencatat apa yang disebutkan oleh Ansel
"Anjing 3"
"Anjing…3" lagi-lagi pria itu bergumam sambil menulis
"Kerbau 5"
"Kerbau…5"

"Monyet yang nulis"
"Monyet yang nu—" namun seketika Winwin menatap pria itu tajam saat menyadari bahwa Ansel sedang mengerjainya, "Jangan sampe gue berkata kasar ya"
"Ya ngomong aja" Ansel malah menantang dan tertawa mendengar ucapan Winwin
"KASAR!"
"...lah?"

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang