Selingkuh

1K 137 27
                                    

Happy reading💕























⚠️ WARNING
Mengandung kata-kata 17+


“Hoam!”

Entah sudah berapa kali Hendra menutup mulutnya karena menguap, yang semakin lama semakin besar. Kuliah umum kali ini benar benar benar benar--iya, empat kali soalnya kata Hendra ‘sangat membosankan’. Salah satu alasan Hendra mengambil jurusan kedokteran--baik itu kedokteran umum, kedokteran gigi ataupun kedokteran hewan karena Hendra lebih suka mata kuliah praktikum daripada teori. Kenapa gak teknik? Berat tsay~

“Permen?” Hendra menolehkan kepalanya saat ada seorang gadis yang menyodorkan sebungkus permen padanya, “Daripada lo nguap terus kan?”
“Thanks Claud” gadis itu tersenyum manis dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban

“Gue kira kalo yang ngajar profesor dari luar bakalan asik” gadis itu kembali mengajak Hendra berbicara
“Gak ada ceritanya kuliah umum itu asik. Gak berlaku buat jurusan kita” jawaban Hendra sukses membuat gadis itu terkekeh, “Tugas lo udah selesai?”

“Kelompok? Ada beberapa yang gue masih bingung”
“Yang mana?”
“Bagian analisis data”
“Nanti gue bantu”
Gadis itu melirik sekilas pada Hendra yang serius mencatat dan tersenyum, “Thanks Hen”



“Hendra!” pria Chinese itu melepaskan airpodnya saat mendengar sekilas ada seseorang yang memanggil namanya
“Hendra!” pria itu berbalik dan menemukan teman sekelasnya itu berjalan ke arahnya

“Awas!” Hendra segera menarik pergelangan tangan gadis itu ke arahnya dan membuat gadis itu reflek memeluknya, “Gila ya tuh orang! Udah tau area kampus, masih aja ngebut. Lo gak papa?”
“Thanks”

“Ada apaan?”
Gadis itu tersenyum dan menyerahkan sebuah buku, “Buku catetan lo. Tadi kan gue pinjem, ketinggalan”
“Oh oke. Makasih”
“Harusnya gue yang makasih udah dipinjemin cataten lo”
“Gak masalah”

“Lo...habis ini mau kemana?”
“Mau pulang”
Gadis itu tampak mengulum bibirnya, seperti ragu untuk menyampaikan sesuatu. Namun Hendra terlebih dahulu menyelanya, “Gue duluan ya”
“I-iya. Hati-hati dijalan Hen”
.
.
.
.
.





“Tumben Kokoh ngajak makan siang bareng?”
“Emang biasanya nggak?”
Cecil mencibir pria yang duduk di hadapannya itu, “Jarang”
“Oe udah dua hari gak ketemu sama lo”

“Kangen ya?” goda Cecil pada Hendra yang sibuk dengan makanannya
“Iya” bukannya senang, jawaban Hendra justru membuat Cecil semakin kesal
“Ih, to the point banget sih. Main tarik ulur dulu dong. Jual mahal dikit kek”

“Haiya, kagak usah jual mahal. Oe tau lo orang udah cinta mati sama oe” Hendra mengakhiri ucapannya dengan kekehan, ia tahu betul Cecil akan semakin kesal padanya
“Koh, Cecil siram kuah bakso ya?” ya kan?
“Kayak lo orang berani aja” Hendra semakin tertawa mendengar ucapan Cecil. Namun seketika tawanya terhenti saat ia merasakan ada tepukan di bahunya

“Hen?”
“Eh? Hai Claud”
“Boleh gabung gak?” jujur saja, kelugasan gadis yang menepuk bahu Hendra itu membuat Cecil mengerutkan keningnya. Namun gadis itu segera tersenyum saat mata keduanya bertemu

“Hai” sapa gadis itu
“Halo. Kakak temennya Koh Hendra?”
“Koh? Oh, iya. Gabung boleh?”
“Hm” Cecil semakin menatap Hendra aneh saat mendengar Hendra berdehem sebagai jawaban atas pertanyaan gadis itu. Itu artinya Hendra membolehkan gadis itu bergabung dengan mereka. Padahal biasanya Hendra akan beralasan macam-macam agar tidak ada seorangpun yang mengganggu acara makan mereka

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang