Mengejar Cinta Natalie

1.7K 210 16
                                    

Happy reading💕


















Lulus tepat waktu--bahkan lebih cepat dari waktu yang ditentukan, wisuda dengan nilai sempurna dan gelar cum laude, lalu sekarang bekerja di salah satu law firm ternama dengan gaji yang lebih dari cukup untuk ukuran seorang fresh graduate. Oh ayolah, siapa yang tidak mau hidup seperti Joshua? Tampan, Mapan dan Menawan. Tapi sayang hatinya masih kosong, gimana dong?

Joshua--pasukan penghuni kost ya, bukan Joshua S*herman yang nyanyi diobok-obok, adalah satu-satunya pasukan penghuni kost yang paling mapan saat ini. Gimana nggak? Bahkan sebelum lulus dan kerja aja Joshua udah jadi idaman banyak cewek di luaran sana. Berasal dari keluarga kaya, ramah, sopan, pintar, tampan dan menawan. Apalagi sekarang udah kerja, udah punya penghasilan sendiri. Kemarin waktu lulus juga lebih cepet dari yang seharusnya--mana cum laude lagi. Ayolah, jangan munafik. Siapa yang gak mau cowok kayak Joshua?

Tapi sayang seratus ribu sayang, walaupun dengan keadaan yang sudah TMM alias tampan, mapan, dan menawan namun hatinya Joshua belum ada yang ngisi--eh, ada sih. Cuma digantung mulu kayak jemuran. Kalo kata Johan, Joshua itu beruntung dalam kehidupan nyata tapi tidak beruntung dalam kehidupan percintaan

“Eh, bang Josh. Berangkat pagi?” tanya Ochi saat melihat Joshua bersiap dengan jas yang disampirkan di lengan dan tas di bawanya
“Iya Chi, mau meeting sama klien dulu masalah pembuktian. Habis itu biasa, ke pengadilan”
“Mau kopi bang?”
“Boleh nih?”
Ochi terkekeh dan meletakan kopi diatas meja makan, “Boleh lah”

“Mau roti bang?” kali ini bukan Ochi yang menawarkan tapi Uzi yang sedari tadi hanya memperhatikan Ochi dan Joshua
“Boleh?”
“Yaudah kalo gak ma--”
“Mau” Uzi segera menggeser roti di hadapannya ke hadapan Joshua
“Lo tuh emang harus yo the point ya, Zi”
“Iyalah bang. Lo di pengadilan juga gitu kan?”

Joshua terkekeh mendengar ucapan Uzi, “Cocok deh lo jadi pengacara”
“Uzi cocoknya jadi jaksa bang” timpal Ochi
“Kenapa?”
“Mulutnya pedes, bisa-bisa baru beberapa kata, terdakwanya ngaku salah bahkan minta dihukum duluan, terus saksi-saksinya pada ketakut--maaf” seketika nyali Ochi ciut hanya karena Uzi menatap tajam kepadanya. Oke, ucapan Ochi terbukti!

“Btw bang, pengadilan itu menakutkan gak sih?”
“Kenapa Zi?”
“Ya...gak papa tanya aja. Serem gitu, banyak penjahat. Tapi lebih menyeramkan lagi banyak orang-orang liciknya juga”
“Licik?”
“Iya, soalnya...ada yang bilang kalo semua cara bisa dihalalkan, yang hitam jadi putih dan putih jadi hitam. Orang yang gak salah malah dihukum, orang yang seharusnya dihukum malah bebas gitu aja” Joshua terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Uzi

“Jangan pernah salahkan aturannya, salahkan penegak aturannya. Karena semua itu berdasarkan bagaimana mereka menginterpretasikan. Lo tau kan, kadang yang adil menurut aturan aja belum tentu masuk akal dan adil secara norma. Nyatanya keadilan dan kepastian hukum itu tidak bisa selalu berjalan beriringan. Apalagi...kalo uang udah mulai bermain”
“Ah, otak gue gak sanggup!” keluh Ochi setelah mendengar percakapan Uzi dan Joshua yang langsung mendapat toyoran dari Uzi
“Makanya, sekali-kali otak itu dilatih buat mikir. Jangan didiemin aja, jadi banyak sarang laba-labanya kan”

Ochi mengerucutkan bibirnya sedangkan Joshua tertawa melihat kedua sahabat itu
“Lo tau Chi--”
“Gak tau, abang kan belum bilang”
“Orang belum selesai ngomong juga, main potong aja” protes Uzi
“Kata dosen gue, hindari 2 tempat di muka bumi ini. Yang pertama rumah sakit dan yang kedua pengadilan”

“Hah? Kenapa bang?”
“Ngabisin duit” ucap Joshua sembari tertawa karena melihat ekspresi Ochi yang hanya bisa melongo.
Uzi membelai lembut kepala Ochi yang duduk disamping, “Kasian, otak jarang dipake ya? Kayaknya berdebu banget sampai gak kelihatan. Habis ini kita main ya? Main cerdas cermat sama TTS, biar kamu pinteran dikit”
“S*alan”

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang