Gara-gara Paket : Part 2

995 154 3
                                    

Happy reading💕





















⚠️ 17+

“AAAA!!!!” pria bongsor itu berteriak dan berlari menjauhi paket, yang membuat orang-orang disekitarnya juga reflek berlari dan bersembunyi
“Ada apaan Dav?!”
“Lo lihat apaan?! Apa isinya?”

Dava yang bersembunyi dibawah meja makan menggelengkan kepalanya, “Gu-gue belum lihat isinya”
“TERUS NGAPAIN LO TERIAK, MALIH?!”

Uzi yang posisinya paling dekat dengan paket berjalan menuju paket itu dan membukanya. Namun, pria itu terdiam beberapa saat sambil memandangi isi dari paket itu. Memang apa isinya?

“Zi? Isinya apaan?”
“Bang Uzi?” Uzi masih terdiam di tempatnya
“Zi! Isinya apaan?! Bukan mayat kan?!”
“BANG UZI!” perlahan pria itu membalikkan badannya untuk menatap teman-temannya yang lain

“B-bang Uzi?”
“Bang Uzi kok mukanya merah?”
“Habis lihat apa lo, Zi?! Muka lo kayak kepiting rebus?!” para pasukan yang lain bahkan pak Siwon semakin penasaran isi dari paket itu. Mereka segera berlari untuk melihat apa isi dari paket itu
“Astaghfirullah!”
“Wah, harta karunnya Dava”
“Iya, kesukaannya Dava”
“ASTAGA, MATA GUE TERNODAI!”
.
.
.
.
.



Sidang dadakan pasukan penghuni Kost Nomor 17 diadakan lagi setelah sekian lama. Satria menatap satu persatu anggotanya dan berusaha untuk mengungkap siapa yang berbohong diantara mereka menggunakan nalurinya. Sedangkan para pasukan penghuni kost menatapnya aneh dan juga bingung

“Bang Sat?”
“Sebelum gue nunjuk, ada yang mau ngaku duluan?”
“Ng-ngaku apa, Sat?” tanya Joshua. Setelah huru-hara seharian ini, pria itu baru saja pulang bekerja sehingga tidak mendapatkan informasi apapun

“Tadi ada paket yang dianter ke kost, tapi gak ada nama penerimanya. Awalnya kita ngira kalo itu punya lo, tapi kita curiga isi dari paket itu. Akhirnya kita buka di rumah pak Siwon”
“Terus isinya apaan?”
“Ekhem” Satria berdehem sejenak, “Lingerie, bra, CD, mainan dewasa dan…” satu kalimat ini, rasanya sulit sekali Satria untuk mengatakannya

“Dan?”
“Seperangkat ‘alat perang’”
Joshua mengerutkan keningnya, “Hah? Alat perang?”
“Bukan alat perang dalam artian sesungguhnya, bang. You what it means lah, 25+” jelas Vernon
“...oh”

“Punya lo, Josh?”
“Bukan lah! Buat apa gue beli gituan? Pacar juga belom punya, buang-buang duit”
“Ya kali aja lo pake”
Joshua membelalakan matanya mendengar ucapan Johan, “Maksud lo gue pake lingerie gitu?! Gak sekalian gue mangkal di TL?!”
“TL?!”
“Taman Lawang”
“Jadi bukan punya lo, Josh?”
“Bukan, Sat. Astaga”

“Yang lain?”
“Gak ada bang”
“Bukan punya bang Dava nih?”
“Iya, kan Dava suka beli gituan”
Dava menatap sinis pada Wawan dan Sakha yang menuduhnya tanpa bukti, “Yakin punya gue? Atau punya lo berdua tapi nuduh gue?”

“Terus mau kita apain tuh barang?” tanya Uzi
“Kita jual?”
“Lo yakin, Chi?”
“Ya emang kenapa? Kita kan jadi dapet uang”
Uzi menoyor kepala Ochi pelan, “Pinter sih, cuma lo gak mikirin gimana imej kita jual barang-barang itu?”
“Bang Ochi, mau beli lingerie dong…sama k*ndomnya” goda Wawan yang dibubuhi dengan kedipan mata di akhir kalimat
“Anjirr! Geli gue!”

“Gimana Sat? Lo kan ketua”
“Ketua apaan?” cibir Satria. Pria itu berpikir sejenak. Barang-barang itu...bisa menimbulkan fitnah. Selain itu juga berbahaya untuk para pasukan penghuni kost yang udah punya pacar—takut disalah gunakan

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang