Mimpi

1.1K 156 21
                                    

Happy reading💕



























"BANG RAKHA!!" Wawan terbangun dari tidurnya sambil berteriak kencang disertai dengan keringat yang membasahi keningnya. Entah pria itu bermimpi apa, namun wajahnya yang pucat pasi mengisyaratkan ketakutan, apalagi nafasnya yang tidak beraturan seperti orang yang baru saja lari marathon. Pria itu juga langsung menangis sesaat setelah terbangun dari tidurnya. 

Hingga matanya membengkak, Wawan baru beranjak dari tempat tidurnya sambil berjalan sempoyongan

Tok! Tok! Tok!

"Abang…"

Tok! Tok! Tok!

"Bang Rakha!"

Waktu menunjukkan pukul 5 pagi bahkan matahari saja belum muncul, tidak mungkin Rakha sudah berangkat ke kampus. Wawan masih terus mengetuk pintu kamar Rakha. Namun setelah sekian lama tidak ada jawaban dari pria itu, Wawan mulai panik

Tok! Tok! Tok!

"Bang? Bang Rakha?! BANG!"

Tok! Tok! Tok!

"ABANG!" Wawan menangis sambil berjongkok didepan pintu, "B…bang Ra…Kha!"

Kriet!

"Wan?" Rakha yang baru saja membuka pintu, mengerutkan keningnya saat melihat Wawan terduduk di depan pintu kamarnya, "Wan? Lo kena—HEH! Lo ngapa—" Rakha hampir saja terjatuh saat Wawan tiba-tiba memeluk kakinya seperti….tuyul
"ABAAANGG!!!!"
.
.
.



Sakha menatap aneh pada Wawan yang terus menerus menggandeng tangan kembarannya itu. Tidak hanya Sakha, namun Juna, Johan dan Satria juga menatap bingung keduanya

"Pacaran lo?"
"HAH?!" pertanyaan Johan yang begitu santai malah membuat para pria itu hampir serangan jantung
"Kenapa? Gak ada salahnya juga kan? Wawan jomblo, Rakha juga jomblo. Bisa aja kan?"

Plak!

"WOY!" Johan menatap tajam pada Satria yang memukul keras kepala belakangnya, "Apaan sih?!"
"Lo pikir mereka 'LaGi BeTeQ' apa?"

Mendengar ucapan Satria, Juna menatap Wawan dan Rakha bergantian, "Kalian lagi bete? Apa hubungannya sama pacaran? Kalo bete pacaran gitu?"
"...koh, jangan mulai deh"

"Lo kenapa sih, Wan?" namun pria itu hanya memegangi lengan Rakha semakin erat dana menggelengkan kepalanya
"Kalo gak ada apa-apa, ngapain lo pegang tangan gue terus?" lagi-lagi Wawan menggelengkan kepalanya
"Lo bisu?!" tanya Johan yang sudah gregetan dengan Wawan. Bagi Johan, Wawan nampak seperti anak monyet yang bergelantungan di tangan pengunjung

"Bang, gue berangkat dulu"
"EH, NON!!"
Vernon yang baru saja hendak melangkahkan kakinya keluar dari kos, seketika berhenti di tempat, "Hah? Kenapa, Bang?"
"Sini dulu" sesuai perintah Satria, Vernon kembali ke dalam kost, "Periksa Wawan"

"Hah?" pria bule itu mengerutkan keningnya bingung, "Gue bukan dokter"
"Lo kan yang paling deket sama Wawan, coba cek dulu tuh anak kenapa"
"Iya, Non. Coba cek dulu deh. Gue berasa ketempelan kalo gini terus" keluh Rakha

Plak!

"Abang!" Wawan memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Rakha, "Emang gue setan!"
"Lebih ke kayak anak monyet yang gelantungan sama pengunjung" sarkas Johan
"...njir"

Vernon mulai mendekati Wawan dan memegang kepala pria itu, ia memejamkan mata dan keningnya berkerut
"Gue baru tau sampingan Vernon selain guru privat, dukun ya lo?"

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang