SPECIAL CHAPTER : Kurban

1K 141 20
                                    

Selamat Hari Raya Idul Adha bagi teman-teman yang merayakan (hari ini) 🙏

Happy reading💕




















“Sejuta, dua juta, dua juta….dua ratus lima puluh ribu” Satria sibuk menghitung berapa banyak uang tabungan yang dimilikinya untuk ibadah kurban tahun ini. Ya, sebagai seorang muslim dan seorang yang sudah berpenghasilan, Satria berniat untuk ikut ibadah kurban tahun ini.

Rencananya ia ingin membeli seekor kambing untuk ia kurban kan atas nama dirinya. Satria sendiri sudah menyisihkan gajinya selama 2 bulan ini untuk membeli kambing. Sebenarnya mudah saja untuk Satria mengumpulkan uang dari gajinya sebulan untuk membeli kambing. Namun keperluan sehari-hari, keperluan kerja dan lain sebagainya membuatnya harus menabung sedikit demi sedikit

“Bentar bentar, harga kambing berapaan sih?” pria itu membuka browser di handphone miliknya untuk mencari berapa kisaran harga jual kambing untuk kurban

“2,2 juta...2,4 juta...2,7 juta” Satria melihat kembali uang tabungannya, “Sebenernya udah cukup sih. Apa gue beli sekarang aja ya? Tapi…” pria itu menatap kalender diatas meja belajarnya, “Idul Adha nya masih 3 mingguan lagi. Terus kambingnya mau gue apain? Masa gue taruh di parkiran kost kayak Hendra naruh sapi--”

Brak!

“Sat! Widih! Banyak duit nih! Bagi dong...” Johan yang membuka pintu kamar Satria tiba-tiba cukup mengejutkan pria itu, “Ngumpulin duit buat apaan nih? Mau ngelamar Stella?”
Satria menggelengkan kepalanya dan memilih untuk menyimpan uangnya kembali di brankas, “Buat kurban”
“Kurban? Lo mau ikutan kurban?”
“Iya”

“Mau beli apa?”
“Rencananya sih kambing”
“Mau gue kasih tau gak, kurban yang murah”
“Kurban apaan?”
“Kurban perasaan” Johan tertawa keras setelah menyelesaikan ucapannya, berbeda dengan Satria yang menatap pria itu malas

“Boleh gak gue kurbanin lo aja? Lo mirip babi soalnya”
“Eit, gak bisa dong. Kalo gue mirip babi, berarti gue haram buat kalian”
“Dan lo ngakuin kalo lo emang mirip babi”
“...b*ngke”
.
.
.
.
.







“Udah jadi!”
“Yeay!”
“Wah, bau nya enak”
“Makan malam kali ini ayam panggang yang disponsori oleh Wawan karena lagi dapat arisan”
“Makasih ya, Wan”
“Sama-sama bang”

Satria tersenyum menatap adik-adiknya yang begitu bahagia hanya dengan melihat seekor ayam panggang utuh tersaji diatas meja
“Ini pembagiannya gimana?”
“Masing-masing orang satu potong dulu, nanti kalo ada sisanya makan bareng”
Juna mengangguk-anggukan kepalanya, “Oke oke. Ayo dibagi! Gue laper!”

“Tunggu, kata ibu gue. Kalo bagi makanan gini, yang didahulukan yang paling tua. Jadi...Bang Sat duluan. Bang Sat mau yang mana?”
“Gue terserah bagian mana aja”
“Kalo gitu Bang Sat brutu aja” celetuk Sakha
“Bru-brutu? Brutu apaan?” tanya Joshua bingung
“Pantat ayam, bang”
“Kecil banget dong!”

Acara makan malam yang disponsori oleh Wawan kali ini berjalan dengan menyenangkan. Pembagian yang adil, rasa makanan yang enak membuat mereka semua hikmat menyantap makanannya masing-masing tanpa berkomentar
“Btw Wan, perasaan lo baru aja ikutan arisan. Cepet banget menangnya”
“Alhamdulillah lagi hoki aja, bang. Gue juga kaget kemaren tiba-tiba nama gue yang keluar”

“Btw…” ucapan Satria menarik perhatian para pasukan penghuni kost yang lain, “Kalian gak pulang, idul adha nanti?”
“Idul adha hari apa sih?”
Dava membuka handphone miliknya dengan satu tangannya yang tidak kotor dan melihat kalender, “Tahun ini hari sabtu”

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang