Kodok Yang Hilang

3.2K 420 8
                                    

Happy reading💕





















Jadi mahasiswa kedokteran itu, tidak mudah. Mungkin terdengar membanggakan saat meraih gelar ‘dokter’ didepan nama kita, namun perjuangan panjang dan mati-matian harus dilewati saat menjalani masa pendidikan. Ada 2 pasukan penghuni kost yang menjalani masa pendidikan sebagai seorang calon dokter, ada Hendra dan ada Rakha--yang satunya dokternya hewan dan yang satunya dokternya manusia. Kata Hendra jadi dokter hewan itu gak mudah, gak kayak manusia yang bisa diatur dan dibilangin, hewan lebih liar. Kadang Hendra sampai stress sendiri ngurus hewan-hewan yang jadi percobaannya.

Alih-alih jadi dokter hewan, Hendra lebih merasa bahwa setelah lulus ia akan jadi peternak atau membuka tambak ikan--habisnya tiap pagi sebelum masuk kelas tugas Hendra mengecek kandang sapi, memberi makan sapi, memberi makan ayam, memberi makan ikan yang semuanya itu peliharaan fakultasnya buat uji coba. Sebenernya Hendra dulu milih 3 jurusan kedokteran waktu tes masuk universitas, yang pertama kedokteran, yang kedua kedokteran gigi, yang ketiga kedokteran hewan--ternyata tembus pilihan ketiga

Hendra juga sering bawa pulang hewan percobaannya. Tidak cuma kodok yang pernah masuk kedalam sepatunya Dava, tapi kadang Hendra juga bawa anjing, kucing, ayam, ikan, bahkan kadang sapi ke kost an. Pernah suatu hari…

“Buset! Ada sapi di kost an? Perasaan hari raya qurban masih lama. Pak RT juga gak mungkin nitip sapi disini kan ya?”
“Wih, sapi” Chan menatap datar Juna yang baru saja memarkirkan motornya

“Emang lo kira itu apa bang? Gajah?”
“Bukannya hari raya kurban masih lama ya? Punya siapa?” Chan mengedikkan bahunya sebagai jawaban

“Punya gue” Hendra muncul dari dalam kost dengan membawa seember air
“Hewan praktikum lo Koh?”
“Iya, tapi kandang di kampus udah penuh makanya gue bawa pulang”
“Buset, totalitas...”
“Sampe kapan?”
“Minggu depan”
“Hah?!”












Sakha terdiam membawa sebakul rumput yang akan ia berikan pada sapi praktikumnya Hendra. Sebenarnya yang membuatnya terdiam adalah kotoran-kotoran sapi di halaman kost nya--yang tentunya sangat bau
“Hendra ngapain sih pake bawa sapi segala, gue yang direpotin”

“Ngapain lo bang ngelihatin sapi? Naksir lo?” Sakha menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Wawan
“Wan, bantuin gue yok”
“Apaan?”
“Kita jual aja yok sapinya. Tapi jangan sampe ketahuan Hendra”

“Lo kalo mau dipenggal Koh Hendra gak usah ngajak-ngajak deh, bang. Sendirian aja. Nggak mau gue”
“Yaudah bantuin gue kasih makan sapi aja, mau?”
“Oke”

“Sapii~ makan yang banyak ya” Sakha meletakkan sedikit demi sedikit rumput yang dibawanya pada tempat makan sapi sedangkan Wawan mengisi tempat minumnya dengan seember air. Tiba-tiba…



















DUUT!

Bunyi itu sukses membuat Sakha terjungkal saking kagetnya bahkan Wawan menyiramkan air yang dibawanya pada sapi
“Lo kentut Wan?”
“Yang bener aja bang, suara kentut gue lebih elegan daripada itu suara ya”
“Sapi lo kentut ya?”
“Astaga bau nya!!” Wawan pergi begitu saja saat mencium bau gas yang dihasilkan oleh sapi itu
“ASTAGA! BAU BANGET! SAPI… LO. HENDRA GUE GAK MAU LAGI NGASIH MAKAN SAPI. GUE DI KENTUTIN!!!”









Hendra paling sering bawa kodok ke kost an, tapi ya gitu. Dia selalu bermasalah sama hewan percobaannya. Ya hilang lah, ya nyasar ke kamar salah satu pasukan penghuni kost atau bahkan mati. Bahkan pernah Hendra bawa ikan untuk percobaan, eh malah digoreng sama Dava. Alhasil, satu kostan diamuk sama Hendra--padahal dia juga ikutan makan ikannya. Seperti hari ini, Hendra lagi lagi heboh karena kodok-kodoknya hilang padahal buat praktikum ujian akhir besok--dan imbasnya satu kostan diamuk sama Hendra hari ini

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang