KKN Story : Kuliah Kerja Ngerempong

1.3K 208 22
                                    

Happy reading💕























Ochi terus mengangkat tangannya diatas dahi walaupun pemimpin upacara sudah ‘menegapkan’ barisan. Bukan karena ia tak tahu, tapi panas matahari yang menyengat membuatnya tidak kuat--iya, matanya yang tidak kuat melek. Sedari tadi ia terus menggerutu dan menutupi wajahnya sesekali dari sinar matahari

“Lo ngapain sih? Bendera udah naik juga”
“Panas Kha”
“Panas doang”
Ochi menatap Rakha disampingnya sambil mengerucutkan bibirnya, “Mata gue gak kuat melek”

Rakha menahan tawanya dengan mengulum bibirnya. Sungguh, ia ingin tertawa melihat mata Ochi sulit terbuka karena panasnya matahari
“Ini juga sambutan lama bener kayak pidato kenegaraan”
“Mereka santai aja, soalnya…” Rakha menunjuk barisan dosen-dosen pembimbing di pinggir lapangan dengan tenda yang terbangun di atas mereka menggunakan dagunya, “...gak kepanasan”

“Gak adil!”
“Menurut lo? Seberapa banyak duit univ sampai mau loyal bangunin kita tenda cuma buat pelepasan KKN kayak begini” ada benarnya ucapan Rakha, tapi sampai kapan Ochi seperti ini--matanya benar-benar tidak sanggup untuk terbuka

“Kha”
“Hm?”
“Gue salah”
“..hah?”
“Harusnya gue tadi bawa kacamata hitam kalau tau upacaranya lama begini”
“Chi”
“Hm?”
“Lo mau upacara apa berjemur di pantai?”

Ochi sangat bersyukur karena saat mereka menunggu bus yang akan membawa mereka ke tempat KKN, mereka diperbolehkan meneduh ke pinggir lapangan. Pria itu berjongkok di bawah pohon sembari mengipas-ngipaskan topinya, sedangkan Rakha berdiri di sebelahnya. Uzi yang melihat Ochi dan Rakha segera menghampiri mereka

“Jangan lupa disiram kalo udah selesai”
“Sembarangan aja lo! Lo kira gue kucing, berak sembarangan”
“Lagipula ngapain sih lo?”
“Gak kuat melek” bukan, bukan Ochi yang jawab, tapi Rakha

“Pfft, makanya di upgrade”
“Lo kira mata gue kamera yang bisa diatur zoomnya biar kelihatan gede. Lagipula mata lo juga sipit, tapi kok lo biasa aja?”
Uzi menunjuk Juna yang berdiri di sampingnya, ya tepat disampingnya dan menghalangi sinar matahari untuk mengenai Uzi, “Ada faedahnya juga jadi pendek”
“Cih…”

“Zi, kantin dulu yok beli minum”
“Jun, bentar lagi kan udah mau dateng bus nya” ucap Ochi
“Bentar aja, gue lupa bawa minum. Ayo Zi” pria tinggi itu segera menggandeng Uzi yang terlihat seperti anak TK dan mengajaknya pergi









20 menit kemudian…

“Jun, ayo nanti ditingg--loh, kok sepi?” langkah Uzi terhenti saat melihat lapangan telah sepi dan hanya tersisa beberapa dosen
“Masa udah berangkat?”
Uzi segera menghampiri salah satu dosen yang masih tersisa, “Permisi pak, ini yang KKN udah berangkat semua?”

“Loh? Udah dari 15 menit yang lalu. Kamu ketinggalan?” seketika Uzi dan Juna panik
“I-iya pak”
“Waduh, gimana ya? Kalian dapet KKN dimana emangnya?”
“Desa Grobogan, Pacitan pak”
“Wah, jauh juga. Mending kalian nyusul sampai rest area tol deh. Busnya akan berhenti setiap rest area soalnya”

“Ma-makasih banyak pak”
“Hati-hati dijalan ya”
“Iya pak” Juna tersenyum kaku saat dosen itu pergi sedangkan Uzi langsung menghubungi seseorang
“Halo Bang Sat? Lo masih di kost apa udah pulang? Gue sama Juna ketinggalan bus. Lo bisa anterin ke rest area tol gak?”

Uzi bisa sedikit bernafas lega setelah mendengar Satria masih di kost dan baru saja mau pulang, ya setidaknya pria itu bisa mengantarkannya dan Juna
“Sebagai hukuman karena lo udah bikin gue ketinggalan, gendong gue sampai gerbang depan”
“Hah?! Gendong?!”
“Iya. CEPETAN!” dan kalian tau kan betapa besarnya tas Juna? Ditambah ia harus menyeret koper Uzi dan menggendong pemilik koper itu…








Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang