Pindah Kamar

10.1K 964 53
                                    

Pagi-pagi sekali Chan sudah bersiap untuk ke kampus dan pergi membawa tugasnya
“Wih, sedep banget baunya” gumam Chan sambil berjalan kearah dapur
“Eh, bang. Masuk pagi juga?”

Seseorang yang ditanyai oleh Chan hanya mengangguk singkat dan melanjutkan masaknya, “Lo juga?”
“Iya bang, tapi cuma ngumpul tugas doang. Kelas gue siang soalnya. Btw bang..” Chan mendudukan dirinya di kursi meja makan
“Gue minta nasinya dong bang. Dikiitt aja, ya?”
Dava mendelikkan matanya sinis, “Bikin sendiri”
“Yaelah bang, gue laper banget bang. Sumpah deh”
Dava melirik ke arah Chan sebentar dan melanjutkan masaknya, “Emang lo gak makan tadi malem?”
“Nggak. Soalnya nasinya abis. Gue kemaren kan pulang rada malem. Kata bang Satria masih ada nasi sisa makan malem, gue tinggal goreng telur aja. Eh pas gue pulang nasinya udah abis. Mana stok mie instan juga abis. Jadi gue gak makan apa-apa” seketika Dava menatap Chan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan

“Chan…”
“Ke-kenapa bang?”
“Maafin gue ya”
“H-hah? Gimana bang?”
“Gue bikin lagi deh nasi gorengnya. Ini lo makan aja” Dava menyerahkan sepiring nasi goreng miliknya pada Chan
“Lho? Kok--”
“Maaf, yang makan nasi sisa kemaren itu gue. Sorry, gue gak tau kalo itu di sisain sama bang Sat buat lo. Gue kelaperan lagi dan gue kira itu emang sisa jadi....gue makan deh” Dava menatap Chan dengan perasaan bersalah
“Gak papa kok bang. Makasih--”




Byurr!






“Apaan tuh?”
“Kayaknya dari kolam renang bang!”
Dava dan Chan segera berlari menuju kolam renang, tidak hanya mereka namun pasukan penghuni kost kamar bawah--Satria, Ochi, Juna dan Wawan juga sudah berada di sekitar kolam renang

“Lho bang Sakha ngapain berenang pagi-pagi?”
“Itu kecebur bege”
“T-toloo..blubuk blubuk *ketelen air ceritanya” Sakha melambaikan tangannya berusaha mencapai permukaan kolam
“Heh! Itu tenggelam. Tolongin woy!” Johan yang rupanya sudah bangun berteriak dari lantai atas

“Ada apaan sih bang?” Rakha yang baru saja keluar dari kamarnya bertanya pada Johan
“Itu kembaran lo tenggelam woy”
“Oh. Biasa” Rakha berniat untuk masuk kembali ke kamarnya
“Itu kembaran lo tenggelam. Nanti kalo kembaran lo mati, lo mau digentayangi seumur hidup?!” Oh tentu saja tidak. Mendengar cerewetnya Sakha setiap hari saja rasanya sudah jadi beban hidup untuknya, apalagi digentayangi seumur hidup? Bisa-bisa Rakha ikutan mati muda. Rakha segera turun kelantai bawah dan…












Byurr!

Rakha menyeburkan dirinya dan menarik kembarannya yang sudah lemas ke tepian kolam. Heran, padahal yang ngelihat banyak banget tapi gak ada yang mau nolongin. Kalo beneran mati gimana coba?

Rakha mengecek nafas kembarannya yang semakin melemah. Ia cukup panik saat ini--tentu saja ia takut kalo kembarannya mati. Rakha bersiap untuk memberikan pertolongan pertama, namun tidak berhasil.

“Bang coba nafas buatan!” Sial, masa ia harus mencium kembarannya. Yang bener aja? Tapi gimana lagi, daripada kembarannya mati.
Rakha mengambil ancang-ancang dan…









Cup!









"Iuh..."
Rakha memberikan nafas buatan pada Sakha yang membuat seluruh penghuni yang melihatnya menatap geli pada mereka. Ini hanya demi nyawa Sakha, oke? Jangan berpikir yang nggak-nggak. Setelah beberapa kali percobaan, Sakha mulai memuntahkan air kolam yang tertelan olehnya dan sedikit sadar.

“Bang.. lo.. nyium.. gue?”
Plak!
Rakha menampar Sakha cukup keras, “Aduh bang!!” Sakha mengaduh sambil berusaha untuk duduk
“Bangun lo!”

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang