Sunmori

1K 160 20
                                    

Happy reading💕





















"Prediksi?"
"JAYA! JAYA! JAYA!" Rakha menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan oleh adik kembarnya itu, namun ia malah menemukan pria itu senyum-senyum sendiri sambil menatap layar handphonenya

"Steak?"
"Huuu"
"Salmon?"
"Waaa" kemudian pria itu tertawa lagi sambil menatap layar handphonenya

Sebenarnya ini bukan pemandangan yang aneh untuk Rakha. Adik kembarnya itu memang seperti itu, pada dasarnya ia sudah aneh. Dan keanehan-keanehan seperti ini bukan pertama kalinya–kalian masih ingetkan, betapa drama kingnya Sakha saat cintanya ditolak? Rakha bahkan sampai harus memata-matai adik kembarnya itu, dan berujung kesal sendiri karena adiknya itu hanya patah hati. Selain itu, jika kalian ingat saat bulan ramadhan yang lalu, saat Sakha harus menjalani operasi karena makan sembarangan. Belum lagi kelakuannya yang bikin geleng kepala saat malam takbiran dan mengakibatkan tangannya patah. Dan…kelakuan kelakuan anehnya yang lain, masih sangat banyak sebenarnya

"Bang"
"Hm?"
"Harley keknya cakep deh"
“Io (re: io)?”
“Hah, io? Kok io?” tanya Sakha bingung, namun seketika pria itu paham apa yang dimaksud Rakha, “Bukan io itu! Harley motor bang, bukan Harleyo” fyi, io atau Harleyo adalah nama teman mereka semasa SMA

“Kenapa emang?”
“Cakep gak?”
“Itu motor, bukan orang”
Sakha memutar bola matanya malas, “Ya maksud gue bagus gak?”
“Bagus, kenapa emangnya?”
Sakha menggelengkan kepalanya cepat, “Nggak. Gak papa. Bang, tanya lagi dong”

“Apaan?”
“Menurut lo, geng motor itu gimana?”
“Gimana? Gimana apaan?”
“Menurut pendapat lo gimana”
Rakha nampak berpikir sejenak, “Geng motor itu…pecinta motor”
“...itu doang?”
“Gue gak terlalu ngerti gimana geng motor. Tapi kalo lo lihat geng motor di luar negeri, mereka berbahaya”

“Berbahaya gimana?”
“Jual obat-obat terlarang, pemasok senjata ilegal, judi dan lain sebagainya” Sakha yang terdiam mendengar ucapan Rakha membuat pria berkacamata itu menaikkan sebelah alisnya, “Emang kenapa?”
“Bang, kita bikin geng motor yuk”
“Hah?”
.
.
.
.
.





“Siapa kita?”
“Prediksi!”
“Kita siapa?”
“Prediksi dong”
“Prediksi?”
“Jaya! Jaya! Jaya!” Sakha dan Wawan bertepuk tangan seperti anak TK setelah menyerukan yel-yel yang menarik perhatian Hendra, Juna, Chan dan Vernon yang bercengkrama di meja makan

“Mereka kenapa?”
Rakha melirik sejenak adik kembar bersama teman gilanya itu, “Lagi kecanduan”
“Hah?! Kecanduan apaan?”
“Nonton kontennya The Prediksi”
“...p-prediksi?”
“Oh, kumpulan bapak-bapak geng motor itu?”

Rakha mengedikkan bahunya, “Bisa jadi. Gue juga baru nyari dig**gle”
“Haiya, kemaren Dava yang kena virus Chef V*ndy Lee, sekarang mereka. Kemaren Dava bawa pisau lipat di kondangan orang, nanti mereka apa?”
“Bikin geng motor?” tebak Chan
Ucapan Chan membuat Rakha menatapnya tak percaya, “Lo cenayang ya?”
“H-hah? Apaan, bang?”

“Tadi siang tuh anak emang ngerencanain bikin geng motor. Geng motor apaan coba”
“Ayo!” ajak Juna
“Ayo apany—”

“Selamat sore, abang-abang ku sayang” Dava berjalan dengan dua bungkusan plastik di tangannya, “Karena hari ini gue lagi seneng, gue beliin kalian gorengan”
“Makasih Dava”
“Sama-sama, Koh Jun”
“Tumben, lo lagi seneng kena—?”

“Koh, ini kopinya”
“Oh, iya. Makasih sayang” btw, setelah kejadian kemarin, Cecil sempat kena PTSD atau post-traumatic stress disorder yang membuat gadis itu harus dirawat selama seminggu di rumah sakit. Setelah kejadian itu juga, Hendra memindahkan kost Cecil ke seberang kostnya agar lebih mudah diawasi—syukurnya memang masih ada 1 kamar yang kosong. Maka dari itu, Cecil lebih sering ke kost Hendra bahkan saat ini bercengkrama bersama pasukan penghuni kost yang lain

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang