Kembar Tak Serupa

1.7K 234 24
                                    

Happy reading💕


















Apakah kalian masih ingat bahwa Rakha dan Sakha adalah kembar selisih 3 menit? Atau karena kelakuan mereka, kalian justru menyangka bahwa Rakha dan Sakha adalah kakak beradik selisih beberapa tahun?

Tidak apa jika kalian lupa, soalnya penulis ceritanya sendiri juga kadang suka lupa karena lihat tingkahnya Sakha yang manja banget ke abangnya--padahal mereka cuma selisih 3 menit. Ya, begitulah Rakha. Walaupun selisihnya hanya 3 menit, ia merasa sangat bertanggung jawab atas Sakha dan sifat itu sudah ia miliki sejak kecil. Rakha tumbuh menjadi sosok abang untuk Sakha walaupun keduanya berumur sama. Rakha sendiri sangat sayang pada Sakha walaupun terkadang ia terlihat sangat cuek pada Sakha. Sifat ke’abang’an Rakha ini dimulai saat…




“Rakha, jagain adeknya ya. Sakha juga, harus jagain abang Rakha” kedua anak kecil itu menganggukkan kepalanya bersamaan saat sang ibu mengatakan bahwa mereka harus saling menjaga satu sama lain
“Kalo gitu mamih sama kak Dara mau ke toko itu dulu ya. Rakha sama Sakha main di taman dulu. Jangan sampai ke jalan raya”

“Iya, Mih” wanita itu pergi meninggalkan si kembar dan berjalan bersama seorang anak perempuan yang terpaut 2 tahun lebih tua dari mereka ke arah sebuah toko di seberang jalan

“Abang, itu apa?” tunjuk Sakha pada sebuah hewan kecil berwarna hijau. Rakha segera menahan tangan Sakha yang hendak memegang hewan itu
“Jangan dipegang, itu ulat bulu. Kata mamih kalo megang itu nanti gatel-gatel” Sakha hanya menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan mengitari taman

Taman itu sebenarnya tidak terlalu luas. Hanya taman bermain dengan kotak pasir, ayunan dan perosotan kayu. Berbeda dengan Sakha yang suka berjalan kesana kemari dan tidak bisa diam, Rakha hanya suka duduk di ayunan sembari mengawasi saudara kembarnya itu. Keduanya kembar, namun sifatnya sangat berbanding terbalik. Rakha yang cuek dan pendiam sedangkan Sakha yang riang dan penasaran akan segala hal. Kata mamih, Sakha itu punya rasa ingin tahu yang tinggi. Kelakuannya gak main-main. Bahkan 2 bulan yang lalu kepalanya diperban karena menumpahkan kopi panas milik papih ke kepalanya sendiri. Entah apalagi yang ia akan lakukan..

“Aduh!” Rakha mengalihkan pandangannya pada Sakha yang terduduk di atas kotak pasir
“Kenapa?”
“Jatuh”
“Berdarah?”
“Nggak”

“Sakit?”
“Sedikit”
“Ayo bangun, main lagi. Jadi cowok harus yang kuat” didikan papih sangat melekat pada Rakha--jadi cowok harus kuat. Bahkan itu yang membuat Rakha cenderung menjadi cuek pada sekitarnya

Rakha merogoh kantongnya dan mengambil sebuah buku kecil. Walaupun masih berusia 5 tahun, Rakha suka membaca buku--lebih tepatnya belajar membaca sendiri. Kebiasaan Rakha, jika ia sudah membaca, maka ia akan larut dalam dunianya sendiri

Brak!

Rakha menolehkan kepalanya dan melihat sebuah mobil berhenti di tengah jalan, dan Sakha ada disana

Rakha berjalan cepat mengikuti langkah kaki Dara yang menariknya dengan tergesa. Sedangkan mamih menggendong Sakha dan berlari sambil menangis. Lagi, Rakha lagi-lagi melihat Sakha membuat mamih menangis dan Rakha tidak suka itu. Apa boleh dia membenci kembarannya sendiri?

Lampu merah di atas tulisan ‘ruang operasi’ yang Rakha baca menyala. Kata kak Dara, itu artinya ada operasi di dalam ruangan itu dan di dalam ruangan itu ada Sakha

“Mamih bilang buat jagain Sakha kan? KENAPA SAKHA SAMPAI BISA KETABRAK?!” Rakha membelalakan matanya saat mendengar mamihnya berteriak pada dirinya. Ini yang pertama kalinya, wanita itu sama sekali tidak pernah membentaknya selama ini

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang