Nonton film

1.2K 156 23
                                    

Happy reading💕






















⚠️
Mengandung spoiler film KKN di Desa Penari. Bagi yg belum nonton dan berencana nonton, nanti dulu ya bacanya 😁




Film. Apa itu film? Gambar bergerak? Foto hidup? Oke lah apapun itu, pasti kalian tau lah ya film itu apa. Gak perlu dijelaskan disini, cari di g**gle aja ya. Jadi apa kaitannya antara film dan pasukan penghuni kost? Begini begini, sebagian besar pasukan penghuni kost adalah pecinta film walaupun gak semua film mereka suka. Ada beberapa tipe pecinta film di Kost Nomor 17. Yang pertama si pecinta film sci-fi atau science fiction atau fiksi ilmiah semacam avengers, star trek dan lain sebagainya. Kalo kata Wawan sih film gak masuk akal. Pecinta film-film kayak gitu ada Vernon dan Rakha. Kalo kata Wawan (lagi) mereka itu aliran barat, karena film film kayak produksi luar negeri.

Yang kedua, ada si pecinta film romantis. Entah film apapun, buatan mana pun, dia tetep suka selama jalan ceritanya romance ala ala drama Korea gitu--dan itu Sakha dan Joshua. Kemudian si pecinta film horror yang katanya sih, gak ada takut-takutnya sama hantu. Tapi kita lihat aja nanti yah--dan dia si muka kanebo kering, Rakha. Nah, yang keempat adalah pecinta film buatan dalam negeri alias film Indonesia, apapun genrenya. Ini yang dari tadi mau dibahas, tapi pake muter-muter dulu biar pembahasannya nyambung. Ada Wawan. Dia spesialis pecinta film dalam negeri. Hampir semua film dalam negeri dia tonton habis itu….dia julidin. Contohnya kayak nonton film ‘Testpack’--you know what lah. Yang sinopsisnya anak remaja melakukan hal-hal yang tidak senonoh, terus tekdung dan menikah

“Anjir! Endingnya gak sesuai ekspektasi banget”
Dava melirik pada Wawan yang duduk di kursi penumpang, “Emang ekspektasi lo apa?”
“Ya setidaknya mereka sama-sama besarin anaknya dong. Masa laki nya di tinggalin karena ceweknya pengen sekolah lagi”

“Kan waktu ceweknya hamil, si cowok udah sekolah”
“Tapi jadinya gak happy ending, bang”
“Terus mau lo apa?”
“Endingnya mereka jadi keluarga yang bahagia, sama sama ngurus anaknya. Tanggung jawab sama anaknya. Ada adegan gantian jaga anaknya sambil salah satunya sekolah atau gimana gitu lah pokoknya”

“Kalo gitu lo aja yang jadi sutradaranya”
Wawan menatap Dava sinis, “Kalo gue sutradaranya, yaudah gue buat jalan ceritanya kek gitu lah”
Dava memutar bola matanya malas, “Terus sekarang lo mau kemana?”
“Makan. Emang lo gak laper?”
“Laper sih”

“Eh btw bang”
“Hm?”
“Lo kan suka main tuh”
“M-main apaan?”
Wawan melirik sinis pria di sampingnya itu, “Gak usah pura-pura bego. Bego beneran tau rasa. Pokoknya you know what i mean lah. Intinya lo harus hati-hati, jangan sampe bikin anak orang tekdung tralala. Nanti lo malah kabur lagi”

“Enak aj--”
“Terus nanti ternyata bukan anak lo, malah anak orang lain. Kan sama aja lo ngabisin waktu. Bisa aja kan dia minta lo tanggung jawab padahal bukan anak lo kayak di sinetron-sinetron. Lagipula bang, lo kan juga masih kuliah. Mau dikasih makan apa tu anak? Batu? Lo kan asdfghjklqwertyuiopzxcvbnm~”
Dava segera menepikan mobilnya dan menatap Wawan tanpa minat, “Wan, lo turun disini aja ya?”
“Kok gitu?!”




“Wan!” Wawan yang sedang asyik menatap handphonenya hanya menoleh sejenak pada Abi yang menepuk pundaknya
“Apaan?”
“Lo ngapain sih serius banget?”
“Cari film”

“Cari fi--ngapain cari film?”
“Ya buat di tonton, Bi”
“Bajakan?”
“Sorry, gue menghargai karya anak bangsa. Dan sebagai anak teater, gue sangat mendukung karya-karya sastra kayak film”

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang