Influenza

1.3K 172 8
                                    

Happy reading💕





























“Liburan kok bentar banget sih!”

Hai, selamat datang kembali di Kost Nomor 17 setelah lebaran. Setelah kemarin satu bulan melewati berbagai macam cobaan, godaan baik setan maupun manusia berwujud setan yang bisa kalian baca di Kost Nomor 17 special Ramadhan. Sekarang kita kembali lagi ke kehidupan mahasiswa kuliahan seperti biasa. Kalian tentunya ingatkan bagaimana mereka menjalani lebaran di kost untuk pertama kali karena lupa beli tiket mudik? Ya, setelah lebaran itu mereka mudik–-walaupun cuma seminggu, karena memang kampus mereka yang gak mau ngasih liburan lama-lama. H-2 sebelum masuk kuliah, para pasukan penghuni kost mulai berdatangan. Seperti hari ini, sudah ada Uzi dan Juna yang  mulai merapikan kembali barang-barang mereka setelah ditinggal mudik

“Bukan bentar, kita aja yang kemarin mudiknya habis lebaran. Biasanya juga kita mudik sebelum lebaran, makanya kelihatan lama liburnya”
“Zi, lo ngapain aja selama mudik?”
“Ya ngapain menurut lo?”
“....hibernasi?”
“Tuh tau”

Juna mengangguk-anggukan kepalanya, “Baru kali ini, gue kesel pulang ke rumah” ucapan Juna membuat Uzi melirik pada pria itu
“Kenapa?”
“Gue kira…pulang beberapa hari setelah lebaran biasa aja. Tau nya….tahun ini ada saudara papih yang dateng”

“S-saudara papih lo?”
“Iya, lebih tepatnya adiknya papih. Adiknya papih aja…sama suaminya. Papihnya….nggak” kali ini Uzi benar-benar menatap Juna dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, terutama saat Juna menyebut lirih kalimat terakhirnya. Uzi tau masalahnya dan ini juga sensitif untuk pria itu, Juna juga jarang membahas masalah ini pada pasukan penghuni kost lain kecuali pada Rakha, Uzi, Ochi dan Sakha—orang-orang yang menurutnya bisa dipercaya

“...ngapain ke rumah?”
“Katanya sih mau silaturahmi, tapi lo tau sendiri lah ujung-ujungnya gimana, Zi. Kalo gak ditahan mamih, pengen banget gue usir dari awal dateng. Mana pake tanya udah punya pacar, kapan kawin segala lagi. Bacot banget, ngasih jodoh juga kagak”

“Lo pertama kali di bacotin begitu?”
“...iya”
“Gue tiap tahun ditanya itu, Jun. Makanya gue lebih suka hibernasi”
“Terus lo jawab apaan, Zi?”
“Awalnya sih gue jawab belum, lama kelamaan gue udah males banget tiap tahun ditanyain. Akhirnya pas mereka tanya ‘kapan nikah?’ gue bales aja, ‘kapan berhenti tanya? Udah kayak dora tanya mulu’”

Juna bahkan bingung harus menjawab apa lagi, “...tapi kan…dianggep gak sopan, Zi”
“Mereka juga gak sopan”
“Gimana?”
“Rezeki, jodoh, maut kan ada di tangan Tuhan. Tanya kapan kawin, apa gak sama aja kayak tanya kapan mati?”
“...bener juga”

“Wawan gak balik?” tanya Uzi
“Katanya sih besok, dia masih mau puas-puasin di rumah”
“Apa bedanya coba dirumah sama di kost? Sama-sama rumah, ada tempat tidur, makanan juga banyak”

“Orang-orangnya?”
“Sama”
“Sama gimana?”
“Sama-sama cerewet kayak orang rumah”
Juna terkekeh mendengar ucapan Uzi, “Bener juga”

Kriet!

“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” terlihat Sakha yang membawa sebuah koper, diikuti Dava dan Rakha di belakangnya
“Kalian ngapain pake masker?” tanya Juna bingung. Namun tidak ada satupun diantara ketiga pria itu yang berminat menjawab pertanyaannya

“Gue…langsung ke kamar aja ya?”
“Abang gak mau di kamar gue aja? Biar gak usah naik turun tangga” tanya Sakha yang terlihat khawatir. Namun Rakha menggelengkan kepalanya
“Gak usah, gue ke kamar aja”

Hatchi!
Hatchi!

Rakha refleks menutup mulutnya walaupun pria itu sudah menggunakan masker
“Ayo bang, sekali lagi dapet piring cantik”

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang