Pertukaran Mahasiswa

1.7K 160 21
                                    

Happy reading💕





















"Ada yang mau ditanyakan? Atau ada yang kurang jelas?"
Seorang pria berbadan bongsor langsung mengangkat tangannya dengan semangat bahkan membuat sang sahabat yang duduk disampingnya terlonjak, "Saya pak!"
"Ya mas, silahkan"

"Berarti harus bisa bahasa Inggris ya pak?" pertanyaan itu sukses membuat Yudha menepuk jidatnya sendiri dan menatap heran pada pria bongsor di sebelahnya. Pertanyaan itu juga sukses mengundang gelak tawa dari dosen yang sedari tadi berada di depan kelas itu

"Iya lah, mas. Masa kamu disana nanti mau pake bahasa isyarat. Cukup bisa mas, buat kamu komunikasi disana. Bukan harus ngomong kayak native speaker"
Dava mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum lebar, "Makasih pak"

"Heh!" Yudha menyenggol bahu pria yang masih tersenyum lebar itu, "Emang lo mau ikutan apa?"
Dengan semangat, Dava menganggukan kepalanya, "Iya"
"HAH?!" Yudah segera menutup mulutnya saat sadar teriakannya menarik perhatian, "Serius?"
"Iya"

Yudha segera meletakkan punggung tangannya di kening Dava, "Gak panas tuh. Lo kagak sakit kan?"
"Apaan sih?"
"Lo serius gak papa?"
"Elo tuh yang kenapa. Napa sih?"
Yudha masih menatap Dava dengan tatapan tidak percaya, "L-lo…beneran…mau ikut…pertukaran mahasiswa ke Singapur?"
"Iya!"
"....wah, kesambet nih anak"
.
.
.
.
.








Dava yang begitu serius beberapa hari ini membuat pasukan penghuni kos yang lain merasa aneh. Tumben tumbenan seorang anak yang belajar seadanya, alhamdulillah lulus—syukur-syukur dapet B gak masalah, tiba-tiba…sibuk dan berkutat bersama laptopnya pagi, siang, dan malam. Bahkan saat makan malam bersama pasukan penghuni kost yang lain, Dava masih membawa laptopnya ke meja makan dan terlihat sibuk. Pria itu makan dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk menggerakkan mouse

"Makan tuh pake tangan kanan!"
"Kan Dava kidal, bang"
Johan menepuk dahinya pelan, "Lupa"

"Lo ngapain sih, Dav?"
"Iya, tumbenan banget sibuk. Kagak ikut assesment lagi?"
Namun heningnya Dava membuat mereka berpandangan satu sama lain
"Sok sibuk lo, tong!"
"Ada apaan sih?"

"Are you talking to me?" ucapan Dava seketika membuat para pasukan penghuni kost menoleh padanya dengan sebelah alis terangkat dan kening berkerut, "From now, if you want to talking to me. Use english, please"
"...hah?"

Namun seketika tatapan pasukan penghuni kost malah beralih pada Vernon yang membuat pria itu makin bingung, "...apaan?"
"Dia ngomong apaan?"
"Bang Josh kan juga ngerti, kenapa pada natep gue?"
Joshua menggelengkan kepalanya, "Cuma lo yang paham bahasa Inggrisnya Dava"

Vernon menghela nafasnya, "Maksud bang Dava 'kalian lagi ngomong sama dia? Mulai sekarang kalo ngomong sama dia harus pakai bahasa Inggris'"

Plak!

"Aduh!" Dava memegangi kepala belakangnya yang ditoyor oleh Johan
"Gaya lo tooong, tong! Pake bahasa Inggris segala di kostan. Kan lo tau sendiri yang ngerti bahasa Inggris cuma Josh, Vernon sama si Rakha. Sisanya cuma ngeng ngong ngeng ngong. Kalo lo kagak mau ngomong pake b.indo, udah lah pake bahasa isyarat aja. Ngomong aja pake mikir" protes Johan

"Kalo pake bahasa isyarat, yang ada bang Dava disangka bisu bukannya gak mau ngomong"
Dava menatap para pasukan penghuni kost itu dengan wajah masam, "Sebagai sesama penghuni kost harusnya lo dukung gue dong"

"...dukung apaan?"
"Lo mau bertanding? Dimana?"
Dava menghela nafasnya kasar, "Ya dukung gue belajar bahasa Inggris conversation biar gue lancar"
"Kalo gitu lo ngomong aja sama Josh, Vernon atau Rakha. Biar mereka yang translate-in ke kita"
"Jalan dua kali dong namanya"
"Ya sekalian lo belajar juga lah, bang"
"Ogah! Gue males mikir" jawab Johan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang