KKN Story 2 : Bali, We're Coming!

1.1K 145 18
                                    

Happy reading💕


























"Terakhir upload berkas KKN kapan?" Dava yang baru datang dari kampus, bertanya pada Sakha yang berada di ruang makan
"Nanti malem jam 12"
"SUMPAH LO?!"
"Kan ada pemberitahuannya"

Dava mencoba untuk mencari pengumuman yang disebutkan Sakha, "Mana?! Kata nya besok?"
Sakha menatap Dava jengah, "Makanya kalo buka chat, grup bersama KKN dibuka. Jangan cuma buka chat cewek do—-"

"ANJIR, GUE BELUM DAPET TTD DOSWAL!!" Dava segera berlari keluar kost—entah kemana
"Si Dava kemana lagi?"
"Cari TTD doswal buat berkas KKN"
"Hah?!" Ochi menatap jam yang terpasang di dinding, "Yang bener aja lo, udah jam setengah 6. Ya kali dosen masih ada di kampus jam segini"
"Entah"
.
.
.
.
.





Makan malam hari ini kurang lengkap, maksudnya tidak semua pasukan penghuni kost berada di ruang makan. Beberapa dari mereka masih sibuk, ada pula yang masih beraktivitas diluar. Namun hujan deras mengguyur Jakarta sejak maghrib, bahkan hingga pukul 8 malam tidak ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti

"Setelah seminggu kagak hujan, hujan juga"
"Awet banget lagi"
"Apa mau masuk musim hujan ya?"
"Ini bulan November, gue taunya mau masuk musim dingin"

"Heh, lo di negara mane tong? Indonesia kagak ada salju"
"Gue gak masalah sih kalo hujan, cuma banjirnya itu loh”
“Bener banget, bang. Apalagi fakultas gue langganan banjir kalo hujan”

Juna berjalan menuju dapur, “Hujan gini enaknya makan mie rebus”
“MAU!!” seketika pasukan penghuni kost yang lain serempak minta dibuatkan mie rebus oleh Juna padahal mereka baru saja menyelesaikan makan malam setengah jam yang lalu

“Oke, tapi mie rebus gue…gue kasih susu, telur, madu sama jahe biar kayak STMJ” ucapan Juna membuat pasukan penghuni kost diam ditempat
“G-gue buat sendiri aja”
“Gue juga. G-gantian aja nanti”

“Gak usah, gak usah” Johan langsung berjalan menuju dapur dan membuat mie nya sendiri, “Gara-gara sandwich sama puding lo kemaren gue sakit perut 3 hari! Mending gue buat sendiri demi keselamatan bersa—”

Brak!

Suara bantingan pintu di tengah derasnya hujan membuat pasukan penghuni kost yang lain terkejut. Apalagi kedatangan Dava yang basah kuyup membuat mereka menatap pria itu heran
“Lo ngapain basah kuyup begitu?”
“Kayak kucing kecebur got”
“D-dingin…”
“Iyalah, dingin. Lagi hujan”

Bruk!

“DAVA!” Dava yang terbaring di depan pintu membuat yang lainnya panik
“Lah? Lo gak pingsan?”
“H-harus pingsan ya…kalo jatoh?”

“Si bego! Terus ngapain lo rebahan disitu kalo kagak pingsan?!”
“Ke-kedinginan, bang”
“Tinggalin aja ga—”
“Oke, kalo gitu gue pingsan” seketika Dava menutup matanya seperti orang pingsan. Sedangkan pasukan penghuni kost yang lain menatapnya heran

“Angkat gaes” perintah Johan, “Habis itu ceburin ke kolam”
“NGGAK!” ucapan Johan berhasil membuat Dava berdiri tegap, “Gak usah, gak usah. Gue gak papa. Gue sehat! Sehat banget nih! Gak jadi pingsan”
.
.
.
.
.







Dava sesekali menutup mulutnya yang menguap lebar—-saking lebarnya bisa nyedot satu dunia kayaknya. Jam menunjukkan pukul 10 malam, dan pria itu masih berkutat dengan laptopnya di ruang makan sambil sesekali meminum kopinya

“Tumben lo nugas disini?” tanya Uzi yang berjalan melewati Dava dan menuju dapur. Awalnya Uzi terkejut saat melihat sesosok besar yang duduk di ruang makan, ia hampir mengurungkan niatnya untuk mengambil minum karena memang lampu dapur dan lampu ruang makan dimatikan—hanya ada lampu ruang keluarga yang membuat penglihatan menjadi terbatas dan suasana jadi remang-remang. Namun setelah berpikir bahwa ‘Om Wowo’ tidak mungkin main laptop, Uzi menyadari bahwa sosok besar itu adalah Dava

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang