Demo

5.3K 529 37
                                    

Warning! 1000+ words
Happy Reading💕
















“Aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak rancangan KUHP*, revisi undang-undang KPK, rancangan undang-undang pemasyarakatan, dan beberapa rancangan undang-undang lainnya berakhir ricuh. Mahasiswa yang menuntut adanya audiensi dengan DPR justru berakhir bentrok dengan aparat”
*KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

“Ada apaan sih sama rancangan KUHP?”
“Banyak pasalnya yang kontroversial, bang. Salah satunya pasal santet”
“Buset. Santet?”
“Iyaa, santet dimasukkan dalam perbuatan pidana”
“Gimana cara buktiin nya coba? Kalo gak terbukti kan jadinya fitnah”
“Nah itu dia”

“Kalo guna-guna kena pidana gak?”
“Lo mau guna-guna siapa, Dav?”
“Gebetan gue lah”
“Gebetan yang mana? Mina? Tania? Yeri? Elina? Jovanka? Yulia? Thalia? Celline? Jeanne? Amanda? Audrey? Rana? Jenny? bang Rakha? Atau yang mana lagi nih?”

“Kenapa ada bang Rakha?”
“Sorry gue masih normal” Rakha menatap Juna kesal
“Sebutin aja semuanya, bang” Dava mendelik kesal ke arah Juna yang asik tertawa
“Lho? Itu belum semuanya, Dav?”

Sore ini pasukan penghuni kost nomor 17 lagi santai-santai di ruang keluarga sambil nonton tv ditemani 2 kotak martabak manis dan 3 kotak martabak telur favorit pasukan penghuni kost--sumbangan dari Joshua, dan kopi susu di gelas masing-masing.

“Woe, gue dapet bc-an dari temen gue, staff bem univ. Katanya bem univ ngadain seruan aksi mahasiswa dalam rangka penolakan rkuhp dan revisi undang-undang KPK”
“Kapan Chi?”
“Kamis”
“Kamis ini?”
“Iya. Ada juga tuh di ig nya bem univ”
“Kosongkan ruang kelas, mari bergabung bersama rakyat” ucap Sakha bersamaan dengan Juna yang sedang melihat instagram bem universitas

“FH? FISIP? Udah ada seruan?”
“Kemaren sih ada konsolidasi sama aksi solidaritas dari beberapa dosen, bang” ucap Wawan sambil sesekali memakan martabaknya
“Gue denger dari Johnny, bem FH juga udah ada seruan aksi. Mungkin gabung sama univ juga. Gak mungkin kan FH doang yang aksi” tambah Joshua
“FISIP gak tau hehe” jawab Juna
“Sama saya juga, hehe” tambah Sakha

“Kalian ikut aksi, gak?”
“Gue pasti bang” ucap Wawan yakin
“Gue sama Wawan udah gak usah ditanya, Sat” tambah Joshua
“Yang lain?” Juna, Dava, Sakha, Johan, Ochi, dan Chan angkat tangan seperti murid yang sedang di absen
“Emang hari kamis diliburkan?”
“Kayaknya nggak sih, Hen. Soalnya dosen gue juga ada yang gak setuju soal aksi ini. Gak semua dosen setuju dan tetap ngadain kelas”

“Diabsen dong?”
“Nggak tau, Kha”
“Mampus gue kalo di absen. Jatah bolos gue tinggal 1, kalo gue pake, gue gak bisa ngebolos bareng gebetan gue dong” ucap Chan yang menatap martabaknya sendu
“Yang gak ikut Rakha, Uzi, Hendra sama.. Vernon?”
“Iya”

“Bang, ayo ikut lahh” Sakha menggoyangkan lengan Rakha yang duduk di sebelahnya seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim
“Gue gak mau ikut aksi kalo gak tau substansi. Lagipula kamis gue ada praktikum pagi” jawab Rakha sambil sesekali menyeruput kopi susunya. Sedangkan Sakha yang disebelahnya memasang wajah cemberut karena penolakan abangnya





Tok! Tok! Tok!

“Siapa disana?”
“Rakha”
“Rakha siapa yaa?” Tanpa menjawab pertanyaan Sakha, Rakha segera masuk ke dalam kamar adik kembarnya itu. Adik kembarnya itu kebanyakan bacot kalo kata Rakha

“Kenapa, bang?” tanya Sakha yang masih berfokus pada laptopnya sedangkan Rakha duduk diatas kasur adiknya
“Lo beneran… mau ikut demo?”
“Kenapa?”
“Gak usah ikut” Sakha menghentikan fokusnya pada laptop dan mengalihkannya pada abang kembarnya
“Kenapa?”
“Kalo lo kenapa napa gimana? Gue yang dimarahin mami” Sakha menghembuskan nafasnya kasar dan tersenyum lebar setelahnya, “Astaga bang. Gue udah gede, udah bisa jaga diri sendiri. Lo gak perlu sebegitu khawatirnya sama gue”
“Geer. Gue gak khawatir sama lo ya. Gue khawatir sama mami yang masih khawatirin lo padahal anak yang dikhawatirin gak tau diri”
“Pedes banget mulut lo, bang. Habis nelen cabe berapa?” Sakha tertawa dengan keras namun tawanya perlahan hilang setelah melihat wajah datar abangnya

Kost Nomor 17 | SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang