"Untuk marah rasanya tidak pantas, mengingat apa yang telah dia relakan di masa lalu."
-Happier Or Sadder?
-🥀-
Arkan membukakan pintu mobil untuk Radella. Wanita itu akan ikut pergi ke kantor karena merasa bosan di rumah. Laki-laki dengan jas hitam berputar dan masuk ke dalam mobil.
Radella sibuk berkutat dengan ponselnya, sedangkan Arkan fokus menyetir.
Setelah dua puluh menit diam, Radella menoleh menatap Arkan.
"Mas, aku pengin kerja. Gabut, bosen banget di rumah sendirian terus, cuman ada Bibi, kegiatan aku tiap hari cuman main hp, tidur, main hp, tidur," ungkap Radella menghela napas berat.
"Kamu 'kan hamil, mana boleh kerja, Ra," sahut Arkan.
"Tapi aku bosen Mas, pengin ada kegiatan lain. Kanaya kerja, terus Kesya masih hamil juga kerja kok," jelas Radella.
Ngomong-ngomong suami Kesya adalah Richard. Iya, Richard Kavin Tapiavin, musuh abadi Radella. Kesya juga sedang hamil, wanita itu baru saja mengandung 1 bulan, sedangkan Radella 4 bulan.
Kanaya? Wanita itu baru saja menikah dua Minggu yang lalu dengan Erik.
"Nanti aku nyari pekerjaan yang ringan kok, janji, deh. Daripada nanti aku mati kebosanan."
"Kalau ngomong," tegur Arkan.
Radella mencebikkan bibirnya sebal. Ia ingin bekerja bukan karena uang yang Arkan berikan kurang, hanya saja Radella ingin mencari suasana baru, mengalihkan rasa bosannya.
"Aku belum pernah kerja lho, Mas, kamu nggak kasian sama ijazah aku? Udah jamuran tuh pasti," ujar Radella dramatis.
"Udah, ayo turun," ajak Arkan setelah sampai di parkiran.
Radella justru bersedekap dada dengan tampang kesal karena Arkan mengabaikan ucapannya.
Arkan menghela napas. "Princess, kamu itu lagi hamil. Aku nggak mau nanti kamu sama baby-nya kenapa-kenapa," terang Arkan berusaha untuk sabar.
Radella mengangguk dan keluar dari mobil. Jika kalian berpikir Radella menyerah, kalian salah. Radella tidak akan menyerah sebelum permintaannya dituruti. Esok ia akan mencoba lagi sampai Arkan bosan mendengar permintaannya.
Kaki mereka melangkah memasuki sebuah perusahaan besar, beberapa pegawai yang berpapasan menyapa keluarga Reinner yang terkenal dengan kehormatannya itu. Namun, Arkan hanya merespons dengan anggukan kecil, berbeda dengan Radella yang membalasnya dengan senyuman ramah.
Arkan membuka pintu ruangannya, kemudian menutupnya kembali.
"Mas, aku pengin bakso," ucap Radella setelah duduk di kursi samping Arkan.
"Mau beli sekarang? Atau nanti pulangnya aja?" tanya Arkan.
"Pulangnya aja, soalnya aku penginnya bakso ayam, kalau nyari sekarang susah."
Rasanya Arkan ingin tersedak air liurnya sendiri kala mendengar itu. Arkan curiga kelak bayi yang ada di dalam perut Radella setelah besar akan menjadi juragan ayam.
"Nggak ada, Ra," jawab Arkan kemudian.
"Ada Mas! Kamu belum cari mana tau, kalau nggak nemu kamu minta sama penjualnya, request bakso daging ayam buat Princess saya yang lagi hamil muda," tutur Radella.
Arkan berusaha memaksakan senyumnya, tangannya membelai rambut Radella yang digerai, kemudian mengangguk. Sekarang bakso ayam, besok bisa-bisa bakso tikus. Arkan seharusnya mempersiapkan tikus-tikus terlebih dahulu, berjaga-jaga jika Radella akan meminta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...