36. Tawuran

508 80 16
                                    

Hi Ndrew! Kesukaan lo nih, dimakan ya. Sorry nggak bisa ngasih langsung soalnya tadi lo udah keburu masuk kelas. Jangan lupa balas chat gue.

-Meta

"Meta siapa?" tanya Andrew menatap teman-temannya bingung, sedangkan ketiga temannya justru menatap balik dengan raut tak percaya.

Tiba-tiba ponsel Andrew bergetar ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal.

+628587254××××
Ini gue Meta, keripiknya udah dimakan, Ndrew?

Andrew tidak membalas, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Lo nggak kenal Bos?! Meta itu primadona di SMA-nya Bastian! Dia juga mantan Bastian yang baru putus beberapa hari yang lalu. Gue nggak tau sih Bastian lagi suka apa nggak sama si Meta," jelas Liam.

"BOS! GAWAT BOS! BASTIAN NYERANG JAYA BAKTI!" teriak Doni masuk ke dalam kelas Andrew dengan heboh.

Andrew langsung berdiri. "Kayaknya kebingungan lo terjawab, Am."

Gerbang depan dan belakang SMA Jaya Bakti sudah ditutup. Begitu mendengar berita bahwa di depan ada tawuran, pikiran Claire hanya tertuju pada satu orang.

Andrew.

Pasti laki-laki itu ikut turun tangan, apalagi yang menyerang Bastian, musuh Andrew. Claire khawatir Andrew pasti akan dipanggil ke ruang BK lagi.

"Mikaton, gimana dong ini?" cemas Claire, jam pertama dan kedua ini kosong karena guru biologi sedang melahirkan.

Mika menggeleng, ekspresinya hampir sama seperti Claire, gusar dan cemas. Pacarnya-Luke pasti juga ikut tawuran.

"Apa kita ikut ke depan aja, Claire?"

"Tapi kalau kita kenapa-kenapa gimana?"

"Ada Andrew, dia pasti bakal jagain lo," jawab Mika, kemudian gadis itu menarik tangan Claire, membawanya sampai ke samping gudang.

Bangunan di sana tidak terlalu tinggi, dan ruangan yang diapit cukup sempit, jadi biasanya murid-murid menggunakan tempat ini untuk membolos.

"Lo yakin? Kita berdua 'kan nggak bisa manjat, Mika!"

"Yakin aja, yang penting niat, usaha, dan tujuan kita apa."

Mika menjadi imam, ia mendahului Claire dengan tingkat sok taunya, kaki kirinya menempel pada bangunan kiri, sedangkan kaki kanannya menempel pada bangunan kanan, tangannya ia rentangkan.

Karena sepatunya yang licin akibatnya Mika terjatuh.

"Mikaton!" Claire membantu sahabatnya untuk berdiri. Ah, sial masih dalam keadaan seperti ini saja Claire masih mengejeknya menggunakan panggilan itu.

"Bego sih lo, mampus 'kan tuh bokong pagi-pagi udah nyium lantai."

"Lihatin gue nih." Claire mulai merentangkan kedua tangannya, kaki kiri dan kanannya seakan diberi perekat kuat, sedikit demi sedikit ia naik sampai pada akhirnya Claire di atas.

Mika menatap sahabatnya kagum. Wah, ternyata Claire memiliki bakat dalam hal panjat-memanjat.

"Gitu doang! Udah ayo cepetan naik, keburu selesai ntar," ucap Claire menyombongkan diri, padahal kaki tangannya sudah bergetar hebat.

Mika mencoba seperti yang Claire lakukan tadi, meskipun sebenarnya sangat takut Mika akhirnya sampai di atas, kemudian mereka berdua lompat hingga terjerembab seperti cicak yang terjatuh.

"Aish, gue udah kayak kadal India banget jatuhnya, nggak ada estetik-estetiknya!" gerutu Mika masih sempat-sempatnya.

Claire bangun membantu sahabatnya, tatapannya lurus ke depan tempat ramai itu, ia meneguk ludahnya sudah payah.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang