34. Jenguk Andrew

658 81 15
                                    

"Ngapain lo ke sini?" tanya Andrew membuat Claire menatapnya tak percaya.

"Andrew! Nggak boleh gitu ah, temennya jenguk itu disambut dengan baik, anak siapa sih jahat banget," ucap Radella sembari menaruh jus jeruk dan beberapa camilan ke atas meja.

"Anak Mamah Della sama Papah Arkan," jawab Andrew dengan nada kekanakan.

Claire terkekeh geli, sepertinya Andrew manja jika dengan sang Mamah.

"Ayo diminum dulu, Claire," suruh Radella.

"Aduh, Tante nggak usah repot-repot gini seharusnya," balas Claire tak enak.

"Enggak repot kok, ya udah Tante pergi dulu. Kamu jangan ngomong kayak gitu lagi! Mau Mamah potong uang bulananmu, hah?" ancam Radella menatap putranya.

"Enggak, ampun kanjeng Ratu," jawab Andrew sembari menyatukan tangannya di depan dada.

Claire terkekeh pelan, ternyata ibunya Andrew orang yang asyik.

"Kenapa ke sini?" tanya Andrew setelah Radella pergi.

"Jenguk lo, kenapa lo nggak ngabarin gue kalau lo jatuh? Kenapa nggak ngabarin kalau lo nggak berangkat sekolah? Nggak penting banget ya gue di hidup lo?" cerca Claire.

"Bukan gitu, gue cuman nggak mau bikin lo khawatir. Kalau lo nggak penting di hidup gue, ngapain gue selalu nurutin permintaan lo? Ngapain gue nembak lo?" jelas Andrew, padahal yang menjadi salah satu alasannya juga Claire waktu itu tengah bersama Galen.

"Terus sekarang gimana keadaan lo?"

"Baik-baik aja, cuman Papah sama Mamah gue aja yang terlalu khawatir jadi nggak ngizinin berangkat."

"Kalau ada apa-apa kabarin gue kek, jangan kayak gini, lo bikin gue khawatir," ujar Claire.

"Iya, Bayi Bonsai."

"Lo nggak suka ya gue ke sini?" tanya Claire.

Andrew menghela napas sebelum menatap kekasihnya. "Suka, cuman seharusnya gue yang bawa lo, bukan lo sendiri yang ke sini."

Claire tersenyum, mengerti maksud Andrew. Tentu saja ini menggores harga diri Andrew.

"Udah nggak apa-apa, 'kan gue udah ada di sini."

Andrew mengangguk. "Udah makan?" tanya Andrew.

"Nanya doang, ngasih beras kagak," sarkas Claire.

"Lo mau gue kasih beras? Berapa kuintal? Satu karung mau? Atau lo maunya beras bansos? Sorry keluarga gue nggak pernah dapet kalau itu."

***

"Mau makan siang kapan kamu? Ini udah jam 2, udah telat jauh, kamu 'kan harus minum obat," kata Radella yang tiba-tiba muncul.

Wanita itu bersedekap dada, menatap putranya seakan sedang menantang. Mentang-mentang bersama seorang perempuan Andrew melupakan makan siangnya.

"Mah-"

"Sekalian ajak Claire makan," sela Radella.

"Nggak usah Tante, Claire tadi udah makan di kantin," tolak Claire.

"Nggak mau makan lagi? Nggak apa-apa lho, biar ngerasain masakannya Tante," kata Radella lembut.

Andrew menatap interaksi keduanya, sudut bibirnya terangkat tanpa sadar, sepertinya Radella menerima kehadiran Claire dengan baik.

"Maaf, mungkin lain kali aja Tante, Claire udah kenyang soalnya," jelas Claire jujur dengan senyuman.

Radella mengangguk. "Ya udah nggak apa-apa, Andrew kamu harus tetap makan! Mamah ambilin dulu."

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang