88. Happier or Sadder? [Epilog]

2.4K 153 188
                                    

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Dengan mental tempe, moody, gampang down, atau mungkin hampir ke tahap depresi? 😄 Aku nekat tetap nulis Wattpad :)
Alhamdulillah akhirnya bisa tamatin HoS sampai di chapter ini.

Semoga kalian nggak kecewa sama endingnya, jangan sampai ada yang bilang endingnya gantung okay, karena di sini semua masalah terselesaikan🌝

Jadi, buat yang sider ayo keluar untuk terakhir kalinya, yakin masih nggak mau keluar?:b

Selamat membaca semoga kalian suka!^^

***

Sore ini Andrew dan Claire duduk berdua di tempat miring yang biasanya mereka kunjungi, langit menunjukkan sinar jingganya dengan kombinasi warna biru sedikit gelap.

Mata Claire tertuju pada bulan sabit yang masih remang-remang, belum terlihat dengan jelas.

"Onta, kenapa ya bulan kalau sore udah kelihatan? Padahal 'kan ini belum malam," ujar Claire.

"Karena kita bisa bersatu," jawab Andrew.

"Hah?" tanya Claire tak paham.

"Lo senja, gue bulan, pada dasarnya kita emang jodoh makanya ada waktu di mana bulan dan senja bisa dilihat secara bersamaan."

Claire memukul lengan Andrew keras. "Ck! Gue kira beneran tadi!"

"Ya mana gue tau Bonsai, emang udah dari sananya kayak gitu. Kan sekarang udah hampir malam," jawab Andrew gemas.

Claire memeluk satu lengan Andrew sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu.

Andrew memeluk tubuh mungil Claire. "Maafin gue ya udah bikin lo nangis, kalau seandainya suatu saat nanti gue nyakitin lo, itu gue nggak sengaja Bon, jangan percaya itu karena pada dasarnya gue selalu sayang sama lo."

"Ontaaaaa! Lo ngomong kayak gitu gue jadi laper!" jawab Claire.

Andrew terkekeh, ia memberikan satu pouch keripik pisang cokelat miliknya untuk Claire.

"Biasanya gue nggak boleh kalau minta," sindir Claire, Andrew akan memberikan apapun, tetapi tidak untuk keripik pisang cokelat, bahkan Claire meminta pun tidak dikasih.

"Mulai sekarang boleh, karena lo calon tunangan gue."

"Dih, emangnya gue udah bilang nerima lo?" tanya Claire.

Andrew tersenyum miring. "Lo nggak bisa nolak gue."

"Bersamaku kamu akan menjadi Ratu," bisiknya tepat di telinga Claire.

Alih-alih terbawa perasaan, Claire justru menatap Andrew ngeri.

"Yang ada gue jadi babu kalo sama lo!" balas Claire kejam.

Andrew tertawa mendengar itu, ingin heran tapikan ini Claire, gadis yang tidak terbawa perasaan dengan kalimat-kalimat jujurnya yang manis.

"Dulu lo pernah bilang pengin jadi kayak Mamah gue, 'kan? Sekarang keinginan lo bakalan terwujud setelah lo jadi Nyonya Gema."

"Onta, ini gue nggak mimpi, 'kan?" tanya Claire.

Andrew menggeleng. "Kenapa kalau mimpi?"

"Kalau ini mimpi gue nggak mau bangun, ini terlalu indah, gue sayang sama lo, Onta, gue mau jadi tunangan lo."

Andrew semakin erat memeluk tubuh kekasihnya. "Mau seindah apapun mimpi itu nggak nyata, Bonsai, lo harus tetap bangun."

"Ontaaaa," rengek Claire.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang