12. Ngidam Tengah Malam

826 121 18
                                    

"Terima kasih telah bertahan pada kesetiaan atas keegoisan diri ini, aku akan terus mencintaimu." -Radella Maurillea Reinner

"Terima kasih telah bertahan pada janji untuk tetap setia. Aku lebih mencintaimu untuk kemarin, hari ini, esok, dan seterusnya." -Arkan Reinner

-🥀-

Radella berjalan malas menghampiri Arkan yang sedang menonton bola. Kemudian ia meringkuk di sofa dengan paha Arkan sebagai bantalannya.

"Hari libur, mau keluar nggak?" tawar Arkan. Wanita itu menggeleng lemah.

Ngomong-ngomong setelah kejadian beberapa bulan yang lalu saat Radella mengatakan bahwa Yang Shen harus mengikhlaskan El-nya bahagia dengan laki-laki pilihannya, Radella langsung keluar dari pekerjaannya, ia tidak mau mempersulit Yang Shen dalam tahap melupakan. Radella juga memblokir semua akun sosial media milik Yang Shen.

"Kenapa?" tanya Arkan saat melihat Radella memejamkan mata seakan menahan sakit.

Tangan Radella berpindah ke perut agar Arkan mengerti tanpa harus ia jelaskan.

"Sakit lagi? Mau dipanggilin dokter?"

Akhir-akhir ini Radella memang sering mengeluh sakit perut, tetapi wanita itu tidak mau dibawa ke rumah sakit.

Radella menggeleng. "Kata Bunda udah wajar ngerasain kayak gini, apalagi usia kandungan aku udah 6 bulan, jadi kakinya sering kram, agak membengkak, terus perutnya sakit, nyeri punggung juga," jelasnya.

Arkan menatap Radella kasihan. Diusianya yang masih dibilang muda, seharusnya Radella masih bekerja dan bersenang-senang, bukan mengandung dan merasakan sakit seperti ini.

Jika kalian berpikir menikah muda itu menyenangkan, mungkin kalian harus berpikir ulang disaat otak kalian benar-benar sedang jernih. Karena sejujurnya Arkan sering merasa kewalahan menghadapi sifat kekanak-kanakan Radella, belum itu saja, rumah tangga mereka bisa saja hancur jika salah satunya tidak ada yang bisa bersikap dewasa.

Bahkan Radella mencoba menyakiti diri sendiri hanya karena merasa bersalah, padahal ia sedang mengandung. Apa tidak terlalu kekanakan sekali?

Lalu untuk yang laki-laki, apa kalian tidak memikirkan bagaimana menafkahi istri dan anak kalian? Tidak mungkin bukan mereka akan diberi makan kayu dan batu?

Pernikahan bukan hanya mempersiapkan mental fisik, tetapi kalian juga harus bisa bersikap dewasa, memiliki jiwa pemimpin, bisa mengambil tindakan yang dirasa tepat, dan masih banyak lagi. Hidup kalian bukan lagi untuk diri sendiri, tetapi juga untuk istri dan anak kalian. Dan sepertinya Radella tidak terlalu paham arti membangun rumah tangga yang sebenarnya, karena sifat wanita itu masih saja seakan-akan dirinya masih sendiri.

Tangan Arkan mengelus lembut perut buncit Radella.

Bi Surti-pembantu di rumah keluarga Reinner menghampiri majikannya sembari memegang gelas kecil.

"Permisi, tadi Bibi dengar perut Nyonya sakit, ini Bibi bikinin jamu. Bibi juga dulu waktu hamil minum ini, Nya, barangkali Nyonya mau minum," katanya menyerahkan minuman itu pada Radella.

Radella menerima itu. "Makasih ya, Bi."

Setelah itu Bi Surti kembali ke dapur. Bukannya langsung meminum jamu itu, Radella justru mencium baunya terlebih dahulu.

Radella tidak bisa menyebutkan satu bahan pun yang terkandung di dalamnya selain air karena baunya aneh, seperti banyak campuran, bahkan warnanya saja tidak jelas.

"Minum," suruh Arkan. Ia menutupi hidung Radella menggunakan tangannya agar wanita itu tidak mencium baunya.

Radella terpaksa meminum jamunya dengan mata terpejam, berusaha untuk tidak memuntahkannya. Ia bergidik setelah segelas jamu kecil itu habis.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang