63. Amnesia

729 94 51
                                    

Hari ini Andrew sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, wajahnya sudah tidak sepucat sebelumnya, laki-laki itu juga terus mengeluh ingin keluar dari ruangan dengan bau obat ini. Regent dan teman satu gengnya diputuskan untuk dipenjara.

Radella menyuapkan sepotong apel berbentuk bulan sabit untuk Andrew yang sedang bermain ponsel baru.

"Andrew bosen Mah, teman-teman ke mana sih katanya mau ke sini," dumel Andrew kesal.

"Nggak heran, mamahnya aja gampang bosen," lirih Arkan yang duduk di samping Andrew.

Radella menatap Arkan garang. "Bilang apa tadi kamu?"

Andrew terkekeh geli melihat wajah papahnya yang langsung tersenyum manis. "Bukan apa-apa Princess, aku laper, mau disuapin juga," pintanya manja.

"Dih, makan aja sendiri, kamu 'kan nggak sakit," balas Radella.

"Gitu banget sama suami," dumel Arkan mencebikkan bibirnya kesal.

"Gimana kalau kita nyari Mamah baru?" usul Arkan pada Andrew.

"Mamah yang sekarang galak, nyebelin, nggak sayang lagi sama Papah," kata Arkan.

"ARKAN!" Radella langsung memukul pundak Arkan dengan keras membuat Andrew tertawa puas melihat itu.

"Bercanda, sini." Arkan membawa Radella ke dekapannya, kemudian ia mengecup pipi istrinya.

"Kamu Mamah yang terbaik," ucap Arkan dengan senyuman.

"Kalian yang terbaik," ungkap Andrew langsung memeluk keduanya, mereka berpelukan hangat.

"Bau banget ih, siapa yang belum mandi, nih?" tanya Andrew sontak menjauh.

"Kamu!" jawab Radella dan Arkan kompak.

"Eh, iya juga," balas Andrew nyengir.

"Waktunya minum obat!" seru Radella mengambil satu sirup dan tiga tablet obat berbentuk pil.

Andrew langsung memasang wajah masam, ia sangat tidak suka dengan benda-benda itu, bau dan rasanya benar-benar tidak enak.

Andrew mengambil tiga pil di tangan Radella, kemudian ia telan, setelah itu langsung meneguk air putih.

Tatapan Andrew beralih pada satu sendok sirup yang Radella arahkan, wajah Andrew berubah nelangsa, rasa sirup itu lebih parah dari pil tadi.

Radella semakin memajukan sendoknya hingga Andrew semakin mundur.

"Ayo minum, Mamah maju kamu malah mundur, mau jadi Syahrini?" tanya Radella.

"Mamah, Andrew nggak suka rasanya aneh, pait," ungkap Andrew, wajahnya seperti anak kecil yang sudah hendak menangis karena terus dipaksa.

"Namanya juga obat, kalau mau manis lihat Mamah," jawab Arkan membuat pipi Radella memanas.

"Idihh Mamah blushing, Pah." Andrew tergelak.

Arkan bangkit dari duduknya untuk melihat wajah Radella. "Coba mana lihat pipi merahnya," ucap Arkan memegang dagu Radella agar menatapnya.

"Ih, Mas! Ini nanti tumpah. Ayo Sayang diminum dulu," suruhnya pada Andrew.

Andrew dengan pasrah mendekat secara perlahan, baru saja bibirnya menyentuh ujung sendok itu ia sontak mundur sembari bergidik dan memejamkan mata.

"Pahit!" teriak Andrew langsung meminum air putih.

Arkan berdecak sebal karena Andrew tak kunjung selesai meminum sirupnya. "Susah banget disuruh minum obat, cepetan minum biar cepat sembuh. Kalau udah sembuh nanti Papah beliin motor baru, yang lama buang aja rongsokin," kata Arkan.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang