"Terkadang kita seolah menutup diri untuk tidak percaya bahwa sebenarnya banyak orang disekitar kita yang masih peduli."
-Happier Or Sadder?
-🥀-
Radella merebahkan tubuhnya di atas kasur, sedangkan Arkan yang baru saja pulang kerja langsung mandi. Tiba-tiba ponsel pria itu bergetar, Radella meraihnya. Matanya membulat membaca isi pesannya.
Karin : Mas, besok sebelum berangkat kerja bisa ke rumah lagi, kan? Kita sarapan bareng kayak tadi pagi.
Radella meremat handphone Arkan kuat, dadanya sesak, ia merasa pasukan oksigen di sekitarnya menipis, matanya memanas, hatinya bagai ditusuk dengan benda tajam, sakit. Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan lagi.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian. Radella baru bertanya pada Arkan.
"Karin itu siapa?" tanya Radella tanpa basa-basi.
Arkan yang tadinya hendak naik ke ranjang menjadi terhenti, ia menetralkan wajahnya.
"Bukan siapa-siapa," jawabnya tak berani menatap Radella.
Radella bangun mengganti posisinya menjadi duduk. "Jawab aku, siapa dia?"
Arkan menghela napas. "Lo nanya, 'kan? Gue udah jawab, bukan siapa-siapa."
"Oh, bukan siapa-siapa tapi sarapan bareng? Pantesan tadi pagi nggak sarapan di rumah, ternyata sarapan di rumah selingkuhannya," kata Radella berusaha menahan rasa sakit di dadanya.
Arkan bungkam.
"Kenapa diam? Bener omongan aku? Kenapa kamu tega gini sih, Mas?" Air mata Radella tidak bisa dibendung lagi.
"Aku nanya sekali lagi, siapa Karin?"
"Lo sendiri tadi yang bilang dia selingkuhan gue, ya udah itu," jawabnya santai.
Radella menggeleng menatap suaminya tidak percaya. "Gila ya kamu, Mas. Sejak kapan kamu kayak gini? Kamu nggak inget janji kamu dulu? Kamu lupa sama Andrew?" tanya Radella.
Radella kira Arkan akan tetap menjadi laki-laki paling setia yang pernah ia kenal. Namun, nyatanya Arkan adalah laki-laki paling berengsek yang pernah Radella kenal. Bodoh, seharusnya memang lebih baik Radella bersama Sem saja dulu.
Andrew yang sedari tadi di depan pintu hanya bisa mematung mendengar semuanya. Tadinya Andrew hendak meminta izin pada mereka untuk keluar, tetapi ia urungkan kala mendengar mamahnya menyebut nama wanita lain.
"Kamu hancurin semua kepercayaan yang aku kasih. Aku udah pernah bilang, 'kan sama kamu kalau aku nggak suka berbagi, apalagi terbagi."
"Udahlah Ra, gue pulang kerja itu capek mau tidur, bukan malah bertengkar."
Andrew langsung pergi ke kamarnya. Belum sepenuhnya menutup pintu, ia melihat Arkan keluar dan turun dari tangga, pria itu pergi ke kamar tamu, sepertinya Arkan tidur di sana.
Andrew menutup pintunya, tubuhnya merosot dibalik pintu. Ia diam seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa. Mendengar mamahnya menangis seperti itu membuat Andrew hancur.
***
Motor Ninja biru-hitam berhenti di bengkel Fariz, si pengendara mencopot helmnya lantas duduk menghampiri teman-temannya dengan wajah lesu.
Teman-temannya merasa ada yang tidak beres dengan Andrew, di sekolah pun laki-laki itu berubah menjadi pendiam.
Liam yang pada dasarnya lemot masih saja tetap santai bermain ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...