10. Berbohong

732 103 21
                                    

"Saya tegasin, pastikan semua kamera kalian nyala dan rekam dengan benar, catat ini baik-baik," perintah Yang Shee.

"Hubungan saya dengan dia ...."

Jantung Radella berpacu hebat, ia berharap apapun itu yang akan keluar dari mulut Yang Shee selanjutnya adalah yang terbaik. Radella sudah pasrah, rasanya seperti harapan besar di depan matanya akan hilang sekejap lagi. Mungkin perasaan Radella kembali pada Yang Shee, tapi ia tidak siap jika harus kehilangan Arkan.

Mata Radella memanas, ia menunduk. Apa yang akan laki-laki itu katakan, kenapa terlalu lama menggantungkan kalimatnya. Bukan para wartawan saja yang penasaran, tapi Radella juga. Ia mempersiapkan mental, takut-takut jika Yang Shee akan mengucapkan hal yang akan membuat media gempar dan rumah tangganya hancur.

"Adalah murni seorang sahabat sejak kecil."

Radella yang tadinya menunduk langsung mendongak menatap Yang Shee tidak percaya. Apa maksudnya? Bukannya Yang Shee mencintainya? Radella tidak percaya dia akan mengatakan itu, ia kira Yang Shee akan mengatakan bahwa 'Hubungan saya dengan dia memang sebatas sahabat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kita saling mencintai satu sama lain.' Bukannya tidak suka, Radella hanya tidak percaya.

Apa Yang Shee sedang menyelamatkannya? Menyelamatkan rumah tangganya? Tidak seperti Yang Shee yang Radella kenal. Yang Shee yang Radella kenal tidak akan membela apa yang tidak ia suka dan berusaha melakukan apapun untuk mewujudkan keinginannya.

"Iya, dia memang kerja di agensi saya, tetapi saya tetap menganggap dia sebagai sahabat, bukan bawahan. Memangnya salah seorang sahabat pergi berdua dengan sahabatnya?"

"Dan satu lagi, camkan ini baik-baik. Jika saya melihat berita media manapun yang mengatakan berita yang belum jelas akan kebenarannya tentang Della. Namun, kalian membuatnya seolah-olah nyata. Bahkan menjelek-jelekkan dia yang tidak bersalah."

"Coba saja kalian lihat apa saya bisa menggugatnya hingga bangkrut atau tidak."

Setelah mengatakan itu Yang Shee langsung melangkah pergi, diikuti oleh Radella di belakang.

***

Radella dan Arkan sedang makan malam di rumah, sedari tadi Arkan hanya diam. Tidak membahas masalah tentang wawancara atupun perkara pesan dari sekretarisnya itu.

Radella yakin Arkan sudah melihat wawancara tadi karena beberapa media sudah banyak yang mengunggah.

"Mmm, Mas-"

"Perasaan tadi pagi rambut lo nggak diikat, Ra," potong Arkan menatap asing ikat rambut itu. Saat berangkat kerja rambut istrinya tergerai, tapi saat pulang rambutnya sudah dikucir.

Radella gelagapan, ia lupa untuk melepas ikat rambutnya. "I-iya, ini tadi beli," bohong Radella.

Arkan mengangguk singkat. "Abis ini gue mau keluar."

"Ke mana?" tanya Radella.

"Kumpul sama temen-temen," jawab Arkan, kemudian meneguk air putih di depannya.

"Pulangnya jangan malam-malam ya," pesan Radella. Ia merasa aneh dengan tingkah Arkan.

***

Arkan sampai di cafe dimana tempat janjiannya dengan teman-temannya. Di sini sudah ada Richard, Wisnu, Sendy, Reza, dan Devon.

"Widih, sultannya dateng. Sungkem dulu, sungkem," perintah Richard heboh begitu Arkan menghampiri meja mereka. Orang-orang yang di meja itu tertawa.

"Napa tuh muka? Sepet banget kayak masa lalu gue," celetuk Reza yang langsung disenggol perutnya oleh Wisnu karena laki-laki itu kebetulan duduknya bersampingan.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang