"Kenangan manis akan terasa menyakitkan jika hanya salah satu yang mengingatnya."
-Happier or Sadder?
-🥀-
Hujan mulai turun mengguyur kota Bandung, sudah setengah jam yang lalu Claire menunggu taksi lewat, tetapi tidak satupun yang melintas di depannya. Gadis itu memeluk tasnya yang berada di depan untuk menghalangi cipratan air hujan agar tak mengotori seragamnya.
Sekolah sudah mulai sepi, Claire tidak bisa mengabari seseorang karena ponselnya mati, langit semakin gelap, hujan pun semakin deras, kemungkinan taksi lewat hanya beberapa persen.
Seorang siswa dengan motor Ninja biru yang terlihat masih baru itu keluar dari gerbang sekolahan, jaket kebanggaannya membalut baju seragamnya. Laki-laki itu sendirian, Claire bangkit dari duduknya dengan senyum mengembang.
"Gema!" teriak Claire, sontak laki-laki itu menoleh dan memberhentikan motornya di depan Claire.
"Kenapa?" tanya Andrew di balik helmnya.
"Gue boleh nebeng pulang nggak? Gue nunggu taksi tapi nggak ada yang lewat, terus handphone gue juga mati," jelas Claire, sorot matanya berharap lebih.
Andrew menatap wajah Claire sebelum menjawab. "Sorry Claire, gue nggak mau bikin Grace sakit hati. Lo tunggu aja, mungkin bentar lagi ada taksi."
"Gue duluan," pamit Andrew langsung menjalankan motornya meninggalkan Claire sendirian.
Claire tersenyum masam, ia mengusap air matanya yang meluruh. Segitu menghargainya Andrew pada perasaan Grace, apa dulu saat dirinya masih bersama laki-laki itu juga menjaga hatinya sampai seperti itu?
Gadis itu terkekeh, Andrew saja menjadikan ia mainannya sejak dulu, mana mungkin laki-laki itu menjaga perasaannya.
"Claire, lo harus kuat, jangan cengeng. Jalan kaki nggak akan bikin lo pingsan kok," kata Claire menyemangati dirinya sendiri, kemudian ia berjalan menyusuri trotoar.
Jarak sekolah dengan rumahnya cukup jauh, sejujurnya Claire tidak yakin, terlebih keadaannya yang belum sepenuhnya sembuh.
Ia memeluk tubuhnya sendiri yang sudah menggigil, bibirnya pucat, rambutnya lepek, bahkan kini seragamnya sudah kotor.
Bayangan kenangan-kenangan indah saat bersama Andrew terlintas, hal itu membuatnya bersemangat. Semua kejadian saat bersama Andrew selalu indah menurutnya, seperti saat memasuki gerbang belakang karena terlambat, menaiki kuda, memanah, belajar bersama, bercanda saat di atas motor, melihat bulan bersama, berdebat tentang hal yang sepele, makan sandwich stroberi di rooftop, hujan-hujanan, bahkan membicarakan obrolan ringan saat kebakaran, semuanya menjadi kenangan manis yang hanya bisa dikenang oleh Claire.
Entah Andrew masih bisa dikatakan sebagai kekasihnya atau tidak, bahkan laki-laki itu saja melupakan semua tentangnya.
Claire terbatuk, ia sudah lelah berjalan, kepalanya terasa berat, kulit tangannya menjadi pucat keriput seakan tidak ada darah yang mengalir di sana.
Tubuhnya lunglai, beberapa kali Claire menggeleng untuk menyadarkan diri. Air mata Claire menetes bercampur dengan tetesan air hujan.
"Ingat Gema nggak suka cewek lemah, Claire. Lo harus kuat, jangan cengeng."
***
Malam ini Claire sedang sibuk di dapur membuat keripik pisang cokelat sejak sepulang sekolah, ia bahkan melewatkan makan malamnya. Lelah? Tentu saja lelah, terlebih ia berjalan kaki dan kehujanan dari sekolah sampai rumah, bahkan Claire merasa kakinya sudah sangat lemas ingin beristirahat, suhu tubuhnya juga meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...