"Jika menjadi sahabat saja sudah bisa berada di dekatmu, aku tidak berharap lebih."
-Dirga Kayler
-🥀-
Claire dan Mika berjalan beriringan masuk ke dalam kantin, tatapan mereka langsung tertuju pada meja yang terdapat empat laki-laki dan satu perempuan.
"Eh, kita belum ngucapin selamat sama mereka, ayo Claire," ajak Mika.
Kelas Andrew untuk lomba basket putra memenangkan pertandingan juara satu melawan 11 IPS 1 dan 11 IPA 1, sedangkan juara dua diraih oleh kelas Galen, dan juara tiga diraih oleh 11 IPS 1. Untuk basket putri pun kelas Andrew mendapat juara ke 2, saat bermain tadi Grace terlihat andal bak atlet basket putri membuat Claire semakin insecure.
"Ayo," jawab Claire.
"Gue udah menang, mana hadiahnya?" tagih Grace.
"Lo penginnya apa?" tanya Andrew sembari mengaduk jus stroberi menggunakan sedotan.
"Apa aja deh, asal jangan kecoa mainan milik Liam," jawab Grace.
"Pulang sekolah nanti gue servisin motor lo," kata Andrew, ia mengacak puncak rambut Grace dengan gemas.
"Terus apa hadiah gue?" tagih Andrew.
Grace mendekatkan wajahnya, kemudian ia mencium pipi kanan Andrew, bertepatan dengan itu tatapan mata Andrew bertemu dengan tatapan sendu Claire, gadis itu berhenti melangkah. Sorot matanya terlihat kecewa.
"Itu hadiah dari gue," ucap Grace.
***
Keesokan harinya Andrew dipanggil ke ruang BK, wajahnya lebam-lebam karena berkelahi dengan Adik kelas yang mengempeskan ban motornya, alasannya dia ditantang oleh seseorang, Andrew pun tak segan-segan menghabisi kedua orang itu.
Andrew yang memang suasana hatinya sedang tidak baik menjadi berkelahi dengan brutal, kedua orang itu bak samsak empuk baginya. Kondisinya tidak parah menurut Andrew, mungkin hanya akan dirawat di rumah sakit selama dua Minggu dan menggunakan gips satu bulan.
"Ibu itu bosen banget ngasih kamu hukuman, apa sih kiranya yang bikin kamu jerah? Perbaiki sikap kamu, udah kelas sebelas masih aja bikin rusuh," omel Bu Arin.
Andrew dengan santainya menguap lebar, omelan Bu Arin selalu membuatnya mengantuk. Bu Arin yang melihat itu semakin kesal, andai saja Andrew bukan anak donatur sudah bisa dipastikan laki-laki itu akan dikeluarkan dari sekolah sejak baru mendaftar.
"Sebagai hukuman, kamu harus mengisi acara puncak dies natalies, Ibu bakal daftarkan kamu ke pengurus OSIS, kalau kamu nggak mau Ibu nggak akan keluarin nilai rapotnya," ancam Bu Arin.
Andrew yang tadinya mengantuk langsung melotot mendengar itu. "Apaan Bu? Enggak-nggak, ganti, males banget, saya nggak bisa jadi Mc."
"Siapa yang nyuruh kamu jadi Mc? Kan bisa nyanyi."
"Nggak!" tolak Andrew mentah-mentah.
"Nggak ada penolakan!" balas Bu Arin.
Andrew menatap guru cantik di depannya ngeri. "Ihh, Ibu mau gombalin saya, ya? Kata-katanya persis banget kayak Liam kalau lagi baperin cewek. Inget umur Bu, saya masih muda, dan lagi saya udah ada calon tunangan. Saya saranin jangan deh Bu, nanti Ibu bisa ditantang duel sama Grace," kata Andrew semakin ngawur.
"Ngapain saya gombalin kamu?! Kurang kerjaan banget! Jangan bikin saya mati muda Andrew! Saya tertekan banget punya murid kayak kamu!"
"Kalau Ibu tertekan ngapain nggak keluar dari sekolah aja, Bu?" kata Andrew dengan kurang ajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...