87. Melamar

1K 103 66
                                    

Jam terus berputar, hari terus bersilih ganti, Arkan telah melawati masa-masa beratnya ditemani oleh sang istri tercinta dan putranya tersayang. Mereka tidak pernah mengeluh lelah merawatnya meskipun wajahnya tidak bisa berbohong. Dan sekarang Arkan bersyukur pada Allah dan dirinya sendiri karena sudah bertahan sejauh ini. Kakinya sembuh total seperti semula, Arkan tidak pernah melewati pengobatan ataupun terapi, kurang lebih ia menghabiskan waktu dua bulan.

Tak terasa Andrew sekarang sudah masuk liburan kenaikan kelas, iya, itu artinya Andrew akan menjadi kelas 12.

"Emangnya kita mau ke mana sih, Mah?" tanya Andrew malas ketika turun dari tangga.

Radella tadi menyuruhnya untuk berganti pakaian yang bagus dan rapi, wanita itu juga memaksanya untuk ikut pergi entah ke mana tujuannya Andrew tidak diberi tahu.

"Udah ikut aja, ayo," ajak Radella.

"Mamah sama Papah mau kumpul sama temen-temen? Ngapain ngajak Andrew? Andrew nggak usah ikut, ya? Mau tidur aja," bohong Andrew, padahal ia tidak ingin ikut karena ingin menelepon Claire, hanya sekadar berbincang-bincang saja karena sampai sekarang Arkan dan Radella masih tidak angkat bicara soal Claire. Sepertinya mereka masih tetap dengan keputusannya dulu.

"Ayo, Papah udah nunggu di mobil." Radella menarik tangan Andrew untuk pergi keluar rumah.

Saat di depan mobil hitam baru milik Arkan, Andrew tak kunjung masuk ke dalam.

"Andrew naik mobil sendiri aja, Pah," ucap Andrew.

"Cepat masuk," perintah Arkan.

Andrew menghela napas pasrah, ia tidak bisa menolak, mau-tidak mau akhirnya Andrew masuk ke dalam dan duduk sendirian di kursi penumpang.

Laki-laki itu terus menghela napas selama perjalanan, tangannya menyangga kepala, matanya menatap ke jalanan dengan bosan.

Andrew mengernyit saat menyadari jalanan yang tengah ia lewati sekarang ini tidak asing.

Semakin jauh Andrew semakin tahu arah jalan ini, sampai akhirnya mobil yang Arkan kendarai berhenti di depan gerbang rumah seseorang yang sangat Andrew kenali.

"Ki-kita ma-mau ngapain?" tanya Andrew dengan firasat buruk.

***

Claire, Derren, dan Felicia tengah bersantai menonton TV, tiba-tiba suara bel rumah berbunyi.

"Biar Claire yang bukain," ucap Claire bangun dari tidurnya dengan semangat, ia berpikir bahwa itu adalah Andrew.

Gadis itu berlari kecil untuk sampai di depan pintu, kemudian membukanya.

Tubuh Claire membeku, ia menelan ludahnya susah payah, iya, itu memang Andrew, tetapi yang jadi masalah laki-laki itu datang dengan kedua orang tuanya.

Mengapa mereka ke sini? Ada apa? Apa ini sudah waktunya Derren untuk menebus kesalahannya di masa lalu?

Jangan, Claire belum siap.

"Siapa Clai-"

Ucapan Felicia menggantung saat melihat siapa yang ada di depan pintu, Derren yang di belakang Felicia juga sama terkejutnya.

Mereka dipersilahkan masuk, Felicia meletakkan minuman dan camilan di atas meja sebelum ikut duduk di sofa.

Arkan berdeham sebelum berbicara.

"Kedatangan kami ke sini karena putra saya akan melamar putrimu."

"APA?!" kaget Claire, Felicia, dan Derren bersamaan.

Flashback On.

"Ki-kita ma-mau ngapain?" tanya Andrew terbata saat di dalam mobil.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang