05. Arkan Selingkuh?

1.2K 164 23
                                    

"Berjanji untuk terus setia, aku takut suatu saat tidak bisa memegang janji itu meskipun aku sendiri tidak mau mengingkarinya."

-Arkan Reinner

-🥀-

Seorang wanita cantik tengah duduk di depan meja rias, satu tangannya memegang hairdryer yang diarahkan ke rambutnya.

Benda pipih ber-case hitam bergetar, Radella menghela napas, ia mematikan hairdryer itu, kemudian berjalan ke kasurnya guna mengambil ponsel Arkan.

Radella membaca pesan itu, tubuhnya menegang, jantungnya seperti berhenti berdetak, matanya memanas, tangannya berubah panas-dingin.

+62895742xxxxx
|Makasih Mas buat makan siangnya

Radella menggenggam ponsel Arkan kuat, matanya menatap pesan itu tidak percaya. Setelah tersadar ia langsung turun dari kamar menghampiri Arkan yang berada di ruang kerja.

"Ini apa?" tanya Radella tanpa basa-basi, ia memperlihatkan pesan tadi.

Arkan membaca tulisan itu, keningnya mengernyit. "Ra, itu—"

"Jadi kelakuan kamu gini kalau di luar? Aku kira kamu beda dari yang lain Mas, tapi ternyata kamu lebih buruk dari mereka. Aku nggak nyangka kamu bisa lakuin ini, kamu inget nggak sih kalau aku lagi hamil? Janji setia kamu itu busuk tau nggak!" ungkap Radella, air mata itu meluruh dari pelupuk matanya.

Dengan amarah yang memuncak Radella membanting ponsel Arkan kuat ke lantai sehingga menimbulkan bunyi yang keras, mungkin layar ponsel itu sudah retak tak berbentuk.

Setelah itu Radella langsung berlari keluar rumah, Arkan bangkit dan mengejar istrinya tanpa mempedulikan nasib ponsel mahalnya.

"Radella! Dengerin penjelasan aku dulu!"

Radella masuk ke dalam mobil.

"Ra, jangan, Ra. Aku mohon kamu keluar sekarang juga," mohon Arkan sembari mengetuk kaca mobilnya dengan keras.

Namun, Radella tidak menghiraukan itu, dia justru mengendarainya dengan kecepatan tinggi.

"RADELLA STOP!" bentak Arkan ketakutan, tapi mobil Radella sudah melaju pergi.

Persetan dengan larangan Arkan yang tidak mengizinkannya untuk mengendarai mobil lagi setelah insiden kecelakaan itu. Air mata Radella terus menetes. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Bahkan orang yang paling Radella percayai saja mengecewakannya.

Laki-laki hebat yang Radella idolakan itu ternyata laki-laki buruk yang pernah Radella kenal, bahkan dia lebih buruk dari laki-laki yang ia temui di masa lalu.

***

Sebuah mobil BMW Z4 berwarna biru masuk ke dalam pekarangan rumah mewah, kemudian sang pengemudi langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah.

Tidak lama setelahnya disusul oleh mobil Ferrari hitam, laki-laki di dalamnya turun dan segera masuk ke dalam rumah mertuanya.

"Arkan, ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Erin bingung saat menantunya masuk dengan tergesa, ditambah wajah paniknya. Sebelumnya juga putrinya masuk berlari ke kamar tanpa mengatakan apapun.

Arkan menyalimi tangan Erin. "Enggak Bun, cuman salah paham aja," jawab Arkan berusaha untuk tetap tenang agar Erin tidak khawatir.

"Ya sudah sana selesaikan baik-baik, Della ada di kamar," beritahu Erin.

Arkan mengangguk, lalu pergi menuju kamar wanitanya.

Setelah di depan pintu, Arkan membukanya. Ia menemukan Radella yang berdiri menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong.

Laki-laki itu mengunci pintunya, berjaga-jaga jika Radella akan kabur. Arkan mendekat, kemudian merengkuh tubuh Radella.

"Dengerin penjelasan aku dulu. Jangan menduga-duga sendiri. Aku nggak tau dia siapa. Siang kemarin aku ada meeting, siang tadi aku nggak makan keluar, apalagi sama perempuan. Kamu bisa tanya Daniel, dia yang lihat aku siang tadi cuman di ruangan," jelas Arkan menyebut asistennya.

"Kalau aku niat selingkuh, aku nggak akan nurutin semua kemauan kamu. Kamu ingat betapa sulitnya aku dapetin kamu dulu? Dan sekarang kamu udah jadi milik aku, aku nggak sebodoh itu sampai sia-siain kamu." Arkan menghapus air mata Radella.

"Jangan nangis lagi, nanti aku minta Daniel buat cari tau orangnya."

Arkan membalikkan tubuh Radella, membenamkan wajah gadis itu ke dada bidangnya, saat itu juga terdengar suara isakkan.

"Sstt, jangan nangis. Aku udah bilang, 'kan, aku nggak akan ninggalin kamu?"

Radella memeluk Arkan erat. "Kamu nggak deket sama cewek lain, 'kan?" tanya Radella mendongak menatap Arkan.

"Impossible, Princess."

"Kamu masih sayang sama aku? Masih cinta sama aku? Nggak kurang? Nggak ada yang lain?" tanya Radella beruntun.

"Masih, selalu. Nggak kurang dan nggak akan pernah ada yang lain," jawab Arkan dengan senyuman hangat, berusaha mengembalikan kepercayaannya lagi.

"Jangan dekat-dekat sama cewek lain, aku nggak suka," ungkap Radella.

Arkan sedikit menunduk, berbisik di telinga Radella. "Enggak akan. Princess gue cemburuan, repot kalau ketahuan."

"ARKAN!" kesal Radella memukul punggung Arkan kuat.

"Enggak Sayang, bercanda," jawab Arkan memeluknya posesif.

Tubuh Radella membeku. Ia tidak salah dengar, 'kan? Arkan manggilnya Sayang? Yang benar saja! Ini harus dijadikan tanggal, jam, menit, dan detik sejarah. Ini adalah kali pertamanya Arkan memanggilnya Sayang. Dari dulu laki-laki itu hanya memanggilnya Ra atau Princess.

Radella tersenyum dalam pelukan itu, kepercayaannya kembali hadir. Arkan memang laki-laki yang tidak akan pernah menyakitinya. Radella harap.

"Jangan naik mobil sendiri lagi, lo bikin gue takut, Ra," pesan Arkan.

Arkan takut insiden di masa lalu yang menimpa istrinya akan terulang. Sejujurnya Radella juga masih ada rasa takut saat mengendarainya, tapi karena amarahnya yang lebih besar, jadilah Radella tidak memikirkan risikonya.

"Asal kamu nggak selingkuh aja."

***

Arkan keluar dari kamar, saat melewati ruang TV, Erin memanggilnya. "Ar, sini, Bunda mau bicara sama kamu."

Arkan mendekat, lantas duduk di samping ibu mertuanya.

"Gimana udah baikan sama Della?" tanya Erin.

Arkan mengangguk. "Sudah, Bun."

"Alhamdulillah kalau gitu. Maafin putri Bunda ya, Ar, dia memang sedikit kekanak-kanakan. Kalau Della bikin kamu marah, kamu jangan keluarin kata-kata yang tidak enak didengar, dia terlalu sensitif, kamu harus bisa memahami, cukup diingatkan secara baik-baik," jelas Erin.

"Iya Bun, Arkan ngerti," jawab Arkan.

Erin tersenyum menatap menantunya, merasa beruntung dan lega putrinya memiliki suami yang setulus dan sebaik Arkan.

"Jaga Della, ya. Bunda percaya sama kamu, Bunda titipkan Della ke kamu. Kalau suatu saat kamu udah nggak cinta lagi sama dia, beritahu Bunda, jangan beritahu dia. Biar Bunda bawa dia pulang, Della terlalu sayang sama kamu, kalau tau kamu udah nggak sayang sama dia, itu pasti bikin dia sakit hati," pesan Erin dengan mata berkaca-kaca.

Arkan tersentuh mendengar itu, terlihat bahwa Erin terlalu mencintai Radella. Arkan takut suatu saat ia akan mengecewakan Erin, Martin, juga Radella.

"Bunda nggak akan pernah bawa dia pulang, karena Arkan nggak akan pernah nggak jatuh cinta sama Radella."

-Bersambung-

Kesan dan pesan untuk chapter ini apa?

Kesel atau baper?

Kasih vote sama komen dulu biar aku semangat update. Terima kasih udah mau baca Happier Or Sadder di tengah-tengah kesibukan kalian. Ily <3

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang