Assalamualaikum! ArRa comeback!
Vote dulu sebelum baca, spam komen juga ya, semakin banyak yang vote+komen, semakin cepat aku update. Terima kasih^^
Selamat membaca <3
***
"Semenyebalkan apapun dia, jika itu Radella, aku tetap mencintainya."
-Arkan Reinner
-🥀-
Wanita dengan daster midi berwarna biru masuk ke dapur menghampiri wanita yang sudah berumur.
"Ini Nya, susunya," ujar wanita itu menyerahkan segelas susu ibu hamil.
Radella mendekat dan setengah berbisik. "Bi, susunya buang aja. Kalau Mas Arkan nanya, jawab, udah diminum tadi."
"Ehem!"
Suara deheman itu membuat mereka menoleh ke arah sumber suara, ada Arkan yang tengah bersedekap dada dengan tampang datar.
Radella nyengir, kemudian menerima susu yang dibuatkan bibinya.
"Makasih Bi," ucap Radella.
"Iya Nya, saya permisi dulu." Wanita itu pergi dari hadapan kedua majikannya.
Melihat Arkan yang terus menatapnya membuat Radella terpaksa meminum susu itu.
"Bunda ngajarin lo minum sambil berdiri?" sindir Arkan.
Radella melirik Arkan sinis, ia menyudahi minumnya lantas pergi ke ruang keluarga sembari menghentak-hentakkan kakinya sebal.
Setelah sampai di ruang keluarga, Radella duduk, gelasnya ia taruh di meja.
"Habisin," suruh Arkan ikut duduk di samping Radella.
"Mas ... rasanya nggak enak, eneg. Aku jadinya pengin muntah," adu Radella dengan wajah dibuat se-nelangsa mungkin.
"Minum biar sehat," balas Arkan.
Radella menghela napas, ia mengambil gelas itu dan menghabiskan susunya. Setelah tandas ia menaruhnya kembali.
"Ar, lihat aku," pinta Radella pada suaminya yang tengah fokus bermain ponsel.
"Arkan!" panggil Radella lagi karena Arkan tak kunjung menjawab panggilannya, Radella yakin Arkan hanya pura-pura tidak mendengar.
"IH, ARKAN!" teriak Radella mengguncang tangan laki-laki itu.
Arkan menoleh dengan malas. "Manggilnya yang bener, kalau tiba-tiba Bunda datang ke sini nanti lo diomelin," peringatnya.
Erin memang akan mengomeli Radella jika memanggil Arkan masih menggunakan namanya. Kurang sopan karena mereka telah berkeluarga, tapi Radella tetap saja lebih nyaman memanggil Arkan dengan namanya. Menurutnya memanggil 'Mas' terlalu menggelikan, terlebih di umurnya yang tergolong masih muda, 20 tahun.
"Lagian kamu juga dari dulu manggil aku tetep Ra-Ra mulu," balas Radella.
"Terus mau dipanggil apa? Sayang? Atau ...." Arkan menggantungkan kalimatnya.
"Mamah, hm?"
Radella mendelik mendengar itu. Sial, pipinya memanas. Radella tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Perutnya terasa seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan.
"ARKAN!"
Radella menghambur ke tubuh Arkan, menyembunyikan wajahnya yang memerah di belakang tengkuk laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...