Suasana kelas Andrew pagi ini sudah ramai, bagaimana tidak? Jam pertama mapel ekonomi gurunya tidak masuk.
"Dirga kenapa sih daritadi diam mulu? Nggak biasanya," ujar Liam pada Andrew dan Luke.
Posisinya Andrew duduk di kursi, begitupun Luke yang memang duduknya di sebelah Andrew, sedangkan Liam duduk di atas meja.
Andrew bangkit dan pergi duduk di samping Dirga, ia merangkul pundak laki-laki itu.
"Kenapa lo? Ada masalah?" tanya Andrew.
Luke dan Liam ikut bangkit menghampiri mereka berdua.
"Gue ditolak Grace."
"LAGI?" tanya Andrew, Luke, dan Liam kompak membuat wajah Dirga semakin masam.
Andrew berdeham. "Gue kasih tau ke lo, Mamah gue pernah bilang gini, kalau orang yang kita sayang menjauh setelah tau perasaan kita, itu artinya dia pengin kita pergi dari hidupnya. Jangan pernah jadi badut untuk orang yang coulrophobia, tapi kalau orang itu nggak jauhin kita tanpa ada rasa, itu artinya dia cuman pengin temenan sama kita," jelas Andrew bijak.
Dirga mendengarkan itu baik-baik. "Jadi, gue harus mundur?"
"Karena Grace nggak jauhin lo, mungkin dia cuman pengin lo jadi temannya. Tapi kalau dia jauhin lo, lo juga harus jauhin dia. Sesuka apapun lo sama dia, jangan pernah jatuhin harga diri lo. Perasaan kalau dibiarkan itu cuman sementara, setelah lo bisa terbebas dari dia, lo bakal nyesel pernah rendahin diri," lanjut Andrew.
"WOAHH! KETUA BLACK EAGLE NIH BOS, SENGGOL DONG!" heboh Liam membuat Andrew dan Dirga terkekeh.
"Lo nggak suka sama Grace, Ndrew?" tanya Dirga.
"Berapa kali lo nanya itu ke gue, hah? Berapa kali juga gue jawab pertanyaan yang sama," balas Andrew malas.
"Tenang aja, gue dukung hubungan kalian. Sekali-kali gue bakal bantu kalau bisa, tapi awas aja kalau lo bikin dia sakit hati, gue orang pertama yang bakal patahin tulang lo."
"Gue juga bakal bantu, kalau lo sakitin Grace, gue nggak akan tinggal diam," sambung Luke.
"Sebenernya tanpa kita bantu juga Grace bisa patahin tulang lo, jadi gue bakal bantu rontokin gigi lo aja," lanjut Liam. Kemudian mereka tertawa bersama.
***
Andrew sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Claire, tadi gadis itu mengajaknya jalan. Padahal sebenarnya Andrew dan anggota Black Eagle tadi sedang rapat membahas rencana yang akan diadakan Minggu depan. Namun, terpaksa Andrew membiarkan Luke-wakil Black Eagle untuk melanjutkan rapatnya.
Ponselnya yang ada di dalam saku sedari tadi terus berdering karena telepon dari seseorang. Andrew menepikan motornya, mungkin itu penting. Ia merogoh sakunya guna mengambil benda pipih itu.
"Si Bonsai kangen banget kayaknya sama gue sampai spam call gini," celetuk Andrew begitu melihat siapa yang meneleponnya, kemudian Andrew mengangkat panggilan itu.
"Halo Bayi Bonsai, segitu kangennya ya sama gue? Iya bentar lagi nyampe ini, sabar," kata Andrew.
"Bukan itu," jawab Claire di seberang sana.
"Terus kenapa? Mau nitip sesuatu? Apa? Biar gue beliin."
"Kita nggak bisa pergi hari ini," jelas Claire.
"Kenapa? Kan tadi lo yang minta," ujar Andrew heran.
"Galen hari ini sakit, lo 'kan tau papahnya Galen orang sibuk, jadi gue harus rawat dia."
"Kan ada Bibi," bantah Andrew.
"Masa sama Bibi doang? Kasihanlah nggak ada temennya, lo ngertiin posisi dia dikit kek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...