17. Arkan Seperti Monster

796 95 18
                                    

"Maaf, lagi-lagi aku terpaksa berbohong untuk menjaga perasaanmu."

-Arkan Reinner

-🥀-

"I leave it to you, take care of everything well."

"...."

"I believe you can do it."

Setelah mengatakan itu Arkan memutuskan panggilannya dengan Frank-temannya yang ada di Sydney.

"Kenapa Mas?" tanya Radella setelah panggilan ditutup, ia mengangsurkan segelas kopi untuk Arkan sebelum ikut duduk di sampingnya.

"Makasih," jawab Arkan menerima segelas kopi espresso itu, kemudian menyeruputnya lantas meletakkan di atas meja.

"Perusahaan di Sydney mengalami sedikit kerugian," jelas Arkan.

"Kamu mau ke Sydney?" tanya Radella, Arkan menggeleng.

"Kalau aku ke Sydney siapa yang jaga Princess aku?" tanya Arkan memeluk Radella posesif.

Radella merasa akhir-akhir ini sifat Arkan lebih manja.

"Aku bisa ikut, kalau nggak boleh, ditinggal juga nggak apa-apa, Mas, nanti biar aku tinggal di rumah Bunda untuk sementara," jelas Radella.

Arkan menggeleng sembari mengurai pelukannya. "Gue nggak ke sana, Frank yang bakal handle semuanya."

Tidak mungkin Arkan akan meninggalkan Radella dalam kondisi hamil, apalagi keadaan sedang tidak aman.

Tangan Radella bergerak untuk menyentuh rahang tegas Arkan dengan lembut.

"Pusing nggak?" tanya wanita dengan daster beruang itu menyadari wajah Arkan terlihat begitu lelah.

"Dikit," jawab Arkan.

"Daniel atau polisi belum ngabarin tentang paket itu, Mas?"

"Belum, tapi kamu tenang aja, aku bakal jaga dan lindungin kalian," tutur Arkan sembari mengelus perut buncit Radella.

Arkan tidak akan membiarkan orang itu menyakiti kesayangannya lagi.

"Kamu kayak monster," celetuk Radella membuat kerutan di kening Arkan.

"Kuat, pemberani, dan nggak takut apapun," jawab Radella menatap kagum suaminya.

Arkan tersenyum mendengar itu, ia kembali memeluk istrinya.

"Bukan nggak takut apapun, tapi emang harus kuat. Kalau aku lemah, siapa yang bakal jaga kamu? Siapa yang bakal jaga Jagoan?"

"Suami idaman," puji Radella.

"Kalau orang lain denger lo dikira sombong Ra," sahut Arkan.

"Biarin mereka denger, aku bakal teriak biar satu dunia tau kalau kamu itu suami paling hebat di dunia ini! Dan cowok paling setia yang pernah aku kenal," jelas Radella dengan senyum mengembang.

Arkan hanya bisa terkekeh pelan sembari geleng-geleng kepala. Menurut Arkan wanita memang pantas di-special-kan, dihargai, dihormati. Lagipula tidak ada gunanya mendekati semua perempuan, memangnya Arkan akan menikahi mereka semua? Jika untuk bermain-main, memangnya mereka benda? Jika tidak bisa mencintai, setidaknya kalian jangan menyakiti.

"Perutnya masih sakit?" tanya Arkan.

"Kalau baby-nya nendang sakit."

Tangan Arkan mengelus perut itu. "Jagoan, nendangnya jangan kuat-kuat ya, kasihan mamahmu kesakitan," bisik Arkan, kemudian mengecup perut itu.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang