16. Clue

599 97 12
                                    

Tubuh Arkan mematung, ia seakan kehabisan tenaga juga oksigen melihat pesan misterius itu.

Unknown : Yfnak lrlahaleak orkbrwa ef yukgga labayawu habakg lrkgrlvaoueak a;ukja

"Dari siapa, Mas?" tanya Radella memecah lamunan Arkan.

Arkan sedikit tersentak, ia menatap Radella sekilas lantas segera menyimpan kembali ponselnya.

"Dari kantor, lo ikut gue aja, Ra," ajak Arkan khawatir.

"Nggak usah Mas, nanti 'kan Bunda sama Ayah juga ke sini, aku nggak apa-apa, beneran. Nggak cukup emang empat satpam di rumah?" cibir Radella.

Arkan semakin mengeratkan pelukannya. "Bukan nggak cukup, tapi nanti kalau aku kangen sama kamu gimana?" bohongnya.

***

Arkan menatap Richard, Wisnu, Sendy, dan Reza sengit dengan kedua tangan bersedekap dada. Tidak ada Devon, laki-laki itu tengah ada urusan mendesak. Entah ada apa lagi keempat orang itu mendatangi kantornya.

Seorang wanita yang duduk di kursi kerja samping Arkan menatap keempatnya bingung, ada apa mereka ke sini?

"Kita mau mul-"

"Princess, laper nggak?" tanya Arkan langsung menyela ucapan Sendy, ia menatap istrinya yang masih sibuk bertukar pesan dengan Kanaya.

Radella mengangguk. Arkan diam untuk sesaat, tatapannya terfokus pada layar ponsel Radella. Kemudian Arkan kembali menatap istrinya.

"Kamu ke kantin dulu, ya, suruh dua bodyguard di depan buat ikutin kamu," pinta Arkan lembut sembari mengusap rambut Radella.

"Ayo Del sama gue," ajak Reza agar Arkan bisa sedikit tenang.

"Ayo," jawab Radella bangkit dari kursinya.

Setelah mereka berdua keluar, Arkan menghampiri teman-temannya.

"Jangan bahas apapun soal teror itu kalau ada Radella, kandungan dia lemah, gue nggak mau dia banyak pikiran," beritahu Arkan.

Teman-temannya terlihat terkejut, kemudian menatap Arkan iba.

"Lo harus benar-benar jaga dia, Ar," ucap Richard, Arkan mengangguk.

"Bener dirahasiain aja, yang ada kalau dia tau bisa makin stres," sambung Wisnu.

"Sorry Ar, gue nggak tau," sesal Sendy yang diangguki oleh Arkan.

Radella memang belum tahu jika teman-teman Arkan akan membantu melakukan pemecahan kasus ini. Arkan sengaja tidak membahas apapun dan berusaha bersikap baik-baik saja meskipun Arkan sendiri sebenarnya takut, bukan takut karena dirinya diancam. Namun, Arkan takut ia tidak bisa menjaga Princess-nya.

"Orang itu neror lo lagi nggak?" tanya Wisnu.

Arkan menaruh ponselnya di atas meja membuat mereka mendekat membaca tulisan di atas layar ponselnya.

Unknown : Yfnak lrlahaleak orkbrwa ef yukgga labayawu habakg lrkgrlvaoueak a;ukja.

"Yfnak-yfnak apaan anjir? Lidah gue kesleo bacanya! Nih yang neror bocah bayi apa gimana sih?" kata Richard kesal.

"Kayaknya HP-nya buat mainan anaknya deh, terus nggak sengaja ke kirim," tebak Sendy.

"Acak banget tulisannya, gue belum apa-apa kok udah pusing ya." Wisnu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Itu bukan tulisan acak."

Sontak Wisnu, Richard, dan Sendy menatap Arkan, menunggu kelanjutan ucapannya.

"Tapi itu pakai keyboard Workman," lanjut Arkan.

"HAH?" kata itu terlontar dari mulut ketiganya.

Saat melihat Radella bertukar pesan dengan Kanaya, Arkan terfokus pada keyboardnya. Memang milik Radella menggunakan keyboard qwerty, tetapi pikiran Arkan langsung tertuju pada jenis keyboard lainnya.

"Kok lo tau itu pakai keyboard apa tadi? Woman?" bingung Sendy.

"Workshop kali," koreksi Richard.

Arkan mendengus, bukannya teror ini cepat terungkap, yang ada dirinya bisa dikirimi boneka santet karena terlalu lama membuang waktu. Teman-temannya justru memperpanjang waktu penyelidikan.

"Arkan, kan pinter IT, dulu aja waktu komputer milik gue rusak dia yang benerin," lanjut Wisnu.

"Lah, gue baru tau, tau gini kalau laptop atau komputer gue rusak, gue minta tolong lo aja, gratis! Ngapain juga gue bawa ke kang servis, mana mahal lagi bayarnya," gerutu Sendy.

"Lo pernah sekolah IT, Ar?" tanya Richard curiga.

Arkan menggeleng. "Dulu bokap gue tukang servis komputer, jadi ngerti dikit-dikit," jelas Arkan.

Ayahnya Arkan memang dulu tukang servis komputer, saat masih ramai-ramainya, beliau terkena serangan jantung hingga akhirnya menutup bisnis itu.

Mereka mengangguk-anggukkan kepalanya, baru mengetahui fakta itu.

"Terus-terus itu artinya apaan?" tanya Richard.

Arkan mengambil ponselnya, ia mengamati tiap huruf-hurufnya. Otaknya berpikir keras mengingat semua letak keyboard Workman.

"Hujan memadamkan lentera ku ...," ucap Arkan masih fokus menyambungkan semuanya.

Wisnu menulis apa yang Arkan ucapkan di buku kecil yang ia bawa, dia memang sengaja membawanya untuk menuliskan semua riddle dan clue yang didapat.

"Hingga matahari datang mengembalikan apinya," lanjut Arkan.

Keempat orang di meja itu saling tatap, tidak mengerti maksud teka-teki itu.

"Hujan memadamkan lentera ku hingga matahari datang mengembalikan apinya," baca Wisnu melihat tulisan di bukunya.

"Hujan itu dingin, hujan itu dari atas, hujan itu banyak," lanjut Wisnu menebak-nebak.

"Apa sih maksudnya?" tanya Richard semakin kebingungan.

"Gue pakai quotes kayak gitu aja nggak paham apa lagi tadi pakai keyboard woman-woman!" ujar Sendy, kepalanya terasa ingin meledak.

"Quotes mbahmu!" kesal Wisnu.

"Kayaknya yang ngirim itu orang pinter deh," tebak Wisnu.

"Dukun maksud lo?" tanya Richard, Wisnu langsung melempar tatapan datar.

"Lo dukun! Serius dikit kek!" sarkas Wisnu.

"Santai Bro, santai, nggak usah tegang-tegang, ntar lo kena stroke," celetuk Richard dengan begitu santainya, ia menyandarkan kepalanya ke kepala sofa dengan kedua tangan ia rentangkan seolah bos yang berkuasa.

"Mungkin dari kata itu ada yang terkait sama Della, Ar, atau lo atau siapa gitu," kata Richard masih santai.

Arkan diam sejenak untuk berpikir.

"Radella suka hujan," jawab Arkan kemudian.

"Nah, berarti itu! Hujan itu Della!" pungkas Richard langsung semangat.

Sendy mengacak rambutnya frustrasi. "Sumpah! Kalau mecahin riddle kayak gini susah, Bro! Kita harus nebak ini-itu, mending kita langsung tebak orangnya aja," usul Sendy.

"Ini riddle-nya susah, bener kata Wisnu, pasti yang bikin orang pinter, dan yang jelas tujuan teror ini mau rebut Della dari lo."

"Jadi ... siapa orang cerdas yang suka sama Della?"

-Bersambung-

Halo teman-teman.

Aku mau bilang kalau kayaknya aku nggak bisa up 1x setiap hari lagi. Tetap up, cuman beberapa hari sekali karena selain mood aku yang akhir-akhir ini kurang baik, juga lagi down:)

Udah itu aja, hehe. Vote & komen kalian sangat berpengaruh.

Terima kasih untuk yang sudah mau mendukung dan menunggu cerita ini, sehat selalu kalian 💗

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang