83. Manja

937 101 33
                                    

Claire berlari menuju kerumunan geng Black Eagle setelah berbicara pada Regent. Saat sampai di samping Andrew, Claire langsung memeluk tubuh laki-laki itu yang sedang berada di atas motor. Andrew yang tak siap mendapat serangan mendadak pun tak bereaksi, sedangkan teman-temannya yang tadinya ramai langsung diam.

"Jangan balapan, please, gue nggak mau lo kenapa-kenapa," pinta Claire dengan tangis.

Andrew tersadar, ia melepaskan pelukan Claire, ibu jarinya menghapus air mata gadis dengan baju putih lengan tiga perempat itu, kemudian Andrew meniup jejak air matanya membuat Claire berkedip.

Andrew membawa Claire ke dalam dekapannya, memeluknya dengan erat. Laki-laki itu sedikit menunduk mensejajarkan dengan tinggi telinga Claire.

"Maaf."

Hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Andrew, terlalu banyak kesalahan yang telah dilakukan membuatnya tak bisa menyebutkan semuanya.

"Gue sayang sama lo, Bonsai."

Tangis Claire pecah mendengar itu, ia tidak bisa berkata-kata lagi saking bahagianya.

"Gue kangen sama lo," sambung Andrew.

"Gue nggak mau jauh-jauh dari lo, gue takut lo kenapa-kenapa," lanjut Andrew manja, tidak peduli meskipun ada teman-temannya di sini.

"Me too," jawab Claire.

"Lo mau maafin gue?  Gue juga ikut sakit tiap berbuat kasar sama lo, tapi saat itu juga gue bingung, gue kecewa, gue marah, Claire."

Andrew mengurai pelukan itu, ia mengusap kantung mata Claire, tatapannya berubah teduh.

"Berapa banyak air mata yang lo keluarin gara-gara gue, hm?" tanya Andrew sendu.

"Sakit banget ya pasti waktu gue selalu utamain Grace? Maaf, dia Adik gue. Seharusnya lo nggak perlu cemburu karena selama ini gue masih sayang sama lo."

"Gimana gue harus ngerti kalau ucapan lo selalu menepis apa yang gue pikirin?" kata Claire sebal.

Andrew mengernyit. "Lo nggak tau arti ACGART?" tanyanya.

Claire menggeleng, itu adalah password handphone Andrew yang Claire tidak tahu kekasihnya mendapat huruf acak itu darimana.

"Andrew, Claire, Gema, Agatha, Reinner, Taanya," jelas Andrew.

Claire memukul-mukul dada Andrew dengan sebal, rasanya Claire menjadi orang yang paling bodoh di dunia ini sekarang.

Andrew yang gemas justru memeluknya kembali, ia masih belum puas.

"Maaf Sayang."

Claire semakin menyembunyikan wajahnya di dada bidang laki-laki itu, pipinya memanas mendengar ucapan Andrew, laki-laki itu jarang sekali mengucapkan panggilan Sayang.

"Hiyak sayang!" ledek Liam.

"Iya deh yang udah baikan!" lanjut Dirga.

"Miif siying," sambung Doni mengejek.

"Gue rasa lo udah kerasukan setan sini deh, Bang, kuwalat 'kan lo," ujar Bagus.

"Kan lo yang kencing di pohon Gus, ngapa jadi Andrew yang kerasukan?" tanya Liam.

"Lah, 'kan Bang Andrew ketuanya, jadi dia yang nanggung kesalahan gue," jawab Bagus.

"Heh! Ganggu suasana banget lo berdua, nggak tau apa mereka lagi 'iya Sayang, iya'," goda Fendi ikut-ikutan, teman-teman Andrew tertawa mendengar itu.

"Kenapa nggak dijawab, hm?" tanya Andrew.

Claire menggeleng pelan. "Malu," lirihnya, Andrew tergelak mendengar itu.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang