58. Jadi, Siapa Papah Gue?

687 82 38
                                    

Arkan menghela napas kasar, ia disuruh mampir ke sebuah restoran terlebih dahulu saat pulang oleh Radella guna membeli makanan.

Tatapan mata Arkan berpendar melihat ke sekelilingnya sampai akhirnya berhenti pada dua orang yang perbedaan umurnya cukup jauh, seorang perempuan yang sangat Arkan kenali itu tengah bersama seorang pria berkisar umur 40an.

Arkan terlihat terkejut melihat itu, apa maksudnya ini?

Pria tadi mengusap sudut bibir gadis di depannya, saat Arkan bangkit hendak menghampiri mereka, seorang waiters sudah memanggilnya membuat Arkan mengurungkan niatnya.

Setelah Arkan selesai menerima pesanan dan membayar, kedua orang tadi sudah tidak ada di tempat. Arkan berdecak sebal, sepertinya sudah keluar, ia langsung bergegas keluar restoran menuju tempat parkir.

Namun, ia tidak menemukan kedua orang tadi, hal itu membuat Arkan menghela napas kasar. Satu yang ada dipikirannya saat ini.

Claire tidak baik untuk Andrew.

***

Keesokan harinya saat jam kosong Andrew menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di taman belakang, ia menikmati angin yang menerpa rambut hitamnya, otaknya tengah berperang, ini memang waktu yang bagus untuk merenung.

Andrew lelah dengan keadaan, disaat orang-orang dengan mudahnya memanggil papah, Andrew justru bingung panggilan untuk siapa yang pantas ditujukan.

Andrew sadar dirinya bodoh, benci belajar, suka dunia malam, trek-trekan, balap-balapan, ia juga tahu bahwa dirinya seringkali membuat keluarga malu. Memang, Andrew juga sadar betul bahwa seharusnya orang sepertinya tidak pantas terlahir pada keluarga gen yang nyaris sempurna seperti Reinner. Mereka biasa menyebutnya perusak gen.

Tidak apa, Andrew sudah kebal mendengar caci makian ataupun ejekan seperti itu. Bahkan meskipun Andrew sudah bosan mendengarnya mereka tetap tidak bisa berhenti, terlebih saat Andrew bersama Claire, semua orang yang benar-benar pintar dan sok pintar seketika menjadi juri yang mencari perbedaan diantara keduanya.

Kepalanya terasa memberat, Andrew mengurut keningnya, masalah ini membuatnya nyaris gila, siapa sebenarnya Ayah kandungnya?

Seorang laki-laki dengan seragam sekolah rapi masuk ke dalam taman, laki-laki itu berjalan menghampiri Andrew.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Andrew, ia sedang tidak ingin diganggu.

"Weihh, tenang, gue cuman mau ngutarain apa yang gue pikirin dan ngasih apa yang gue temuin," kata Galen, ia menyerahkan sebuah potongan koran usang.

Kening Andrew mengernyit, kemudian menerima itu, kedua tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih, darah dalam tubuhnya seakan berhenti mengalir membaca isinya.

Samuel Gilbert Vyandra, pewaris perusahaan Pelita Jaya itu kini resmi bertunangan dengan Radella Maurillea Vinky kemarin malam di ballroom hotel Panca Gemilang. Kabarnya kedua putra dan putri pebisnis itu akan segera merencanakan untuk pernikahannya.

Di dalam koran itu terdapat satu foto seperti yang Andrew temukan di laci nakas Sem waktu itu.

"Kebetulan waktu gue nyari tugas buat OSIS nemu potongan itu, ternyata gitu ya Tante Della," ujar Galen remeh.

Andrew menatap Galen tajam. " Maksud lo apa ngomong kayak gitu?"

Galen tersenyum remeh. "Jadi, sekarang siapa bokap kandung lo? Masih yakin Om Arkan itu Papah kandung lo?" jeda Galen sebentar. "Jangan berharap lebih Ndrew, lo api, dan Om Arkan air."

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang