"Hidup dalam kebingungan, berharap setiap tidur mendapat titik terang untuk menyusun ribuan puzzle yang Semesta berikan."
-Andrew Gema Reinner
-🥀-
"Jadi itu alasan Om Sem selalu baik sama gue? Gue anak kandung Om Sem? Itu juga alasan Papah sering marahin gue?" tanya Andrew dalam hati.
Sekarang laki-laki itu tengah berada di balkon kamar di rumah Sem, Andrew belum pulang ke rumah, ponselnya ia matikan agar tidak diganggu.
"Tapi kenapa Mamah nggak pernah bilang sama gue?" batinnya lagi.
Ia menatap foto Sem dengan Radella yang tengah memperlihatkan cincin tunangan, tetapi dilihat dari wajah mamahnya, wanita itu memang tersenyum, tetapi matanya terlihat berkaca-kaca.
"Pantes Mamah sama Papah nggak pernah mau ceritain masa mudanya. Sekarang kayaknya gue udah nggak pantes manggil Papah Arkan dengan sebutan Papah lagi, mungkin mulai sekarang gue harus panggil ...."
"Om Arkan?" ucap Andrew dalam hati dengan ragu, ia memejamkan mata, membiarkan angin menerpa wajahnya. Sebutan itu terlalu asing.
Sem masuk ke kamar, ia menatap Andrew yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja.
"Tidak ingin bermain dengan temanmu? Kamu bisa memakai motor ataupun mobil milik Om, anggap saja itu milikmu," kata Sem.
Andrew terdiam untuk sesaat, ia menatap wajah pria itu dengan sendu. Jadi, yang di depannya ini ayah kandungnya? Pantas saja Sem kala itu menginginkan Andrew memanggilnya Daddy, ternyata Sem memang ayahnya?
Saat itu Andrew menurut tanpa adanya kecurigaan karena ia mengira Sem ingin dipanggil Daddy karena pria itu memang tidak memiliki anak.
Melihat kebaikan-kebaikan Sem rasanya membuat kepala Andrew semakin pusing, ia bingung entah harus marah atau senang. Mungkin menemui gadisnya bisa membuatnya tenang.
"Andrew pinjem motornya, Daddy."
***
Andrew sekarang sudah berada di depan pintu rumah Claire, ia tadi meminjam motor Ninja merah milik Sem.
"O-Onta lo kenapa?" tanya Claire bingung karena tiba-tiba Andrew memeluknya, ditambah keadaannya terlihat kacau.
"Gue boleh minta waktu lo?" tanya Andrew saat Claire melepaskan pelukannya.
"Maksudnya?" tanya Claire tak paham.
"Gue pengin ke tempat miring itu, bisa temenin gue?" pintanya dengan suara serak.
Tiba-tiba Galen keluar dari rumah Claire, Andrew terkejut melihat itu, ia bahkan tidak menyadari bahwa mobil Galen ada di sini.
"Maaf ya Gem, gue harus pergi sama Galen, lo sih datangnya telat, Galen udah ngajak gue duluan," jawab Claire.
"Mau ke mana?" tanya Andrew.
"Makan abis itu mau ke mall," jawab Claire.
Andrew terdiam, kemudian mengangguk pasrah, sepertinya Galen memang menjadi prioritas Claire.
"Have fun," ucap Andrew.
***
Malam ini Andrew merebahkan tubuhnya di atas rerumputan tempat miring favoritnya, kedua tangannya ia jadikan bantal, mata sendunya menatap bulan sabit yang seakan tersenyum padanya. Andrew jadi merindukan mamahnya, padahal baru kemarin ia melihat wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...