44. Bulan dan Senja

600 85 17
                                    

"Pikiran negatif hanya akan membuatmu merasa semakin stres."

-Andrew Gema Reinner

-🥀-

Andrew merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia mengambil napas panjang sebelum diembuskan.

Hari ini adalah malam Minggu, tetapi Andrew tidak mengajak Claire keluar karena Senin nanti ada Penilaian Tengah Semester, Andrew tidak mau mengganggu Claire.

Tubuh yang lelah karena sehabis lembur di bengkel Fariz tadi membuat Andrew tanpa sadar memejamkan mata mulai jatuh ke alam mimpi.

Namun, baru merasakan tenang sebentar ponselnya tiba-tiba berdering. Andrew dengan terpaksa mengambil benda pipih yang ada di atas nakas.

Nama 'Bayi Bonsai🐣' terpampang di atas layar. Andrew mengernyit, sudah pukul sepuluh malam, tumben gadis itu belum tidur, padahal biasanya jam sembilan saja Claire sudah tidur.

Tangannya menggeser tombol hijau. Belum sempat menyapa Andrew sudah disambut oleh suara isakan.

"G-Gema, cepat ke rumah gue sekarang!" perintah Claire dengan suara isakan.

"Claire, ada apa? Lo kenapa?" tanya Andrew panik, ia bahkan merubah posisinya menjadi duduk.

"Cepat ke sini sekarang atau gue bakal pergi sendirian?" ancam Claire.

"Gue ke sana sekarang!" pungkas Andrew.

Laki-laki itu mengambil jaket kebanggaannya yang dikenakan sembari berjalan. Tangannya menyambar dompet dan kunci motornya lantas keluar rumah dengan tergesa, kantuk hilang begitu saja mendengar suara tangisan kekasihnya.

Andrew mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, satu yang ada dipikirannya.

Claire sedang tidak baik-baik saja.

Sebisa mungkin Andrew harus cepat sampai di sana. Jika biasanya Andrew menghabiskan waktu setengah jam untuk sampai ke rumah Claire, kali ini ia memangkasnya menjadi delapan belas menit.

Ternyata Claire telah menunggu Andrew di depan gerbang, gadis itu langsung menghampirinya dengan mata memerah karena menangis.

"Lo kenapa?" tanya Andrew khawatir.

"G-Gema, cepat bawa gue pergi dari sini!" perintah Claire, matanya sesekali menatap ke arah rumahnya sendiri.

"Gue nggak bisa bawa anak cewek pergi semalam ini," jawab Andrew.

"Please, kali ini aja bawa gue pergi ke manapun itu." Claire mengguncang tubuh Andrew dengan air mata masih terus meluruh.

Andrew membingkai pipi basah kekasihnya, tatapan hangatnya mengunci manik mata Claire yang gelisah. Gadis itu tidak bisa tenang.

"Hei, tenang oke? Ada gue di sini, jawab pertanyaan gue. Lo kenapa?" tanya Andrew lembut.

Claire mengangguk patuh, seakan ia terhipnotis oleh ucapan Andrew.

"Orang tua gue bertengkar, gue nggak mau denger. Bawa gue pergi, Gema."

Andrew mengangguk, ia melepas jaketnya dan memberikannya pada Claire.

"Nanti kabarin orang tua lo kalau lo pergi sama gue," perintah Andrew, Claire mengangguk lantas naik ke belakang.

Di perjalanan mereka hanya diam, Andrew memberikan waktu agar Claire bisa sedikit tenang. Andrew bisa merasakan Claire menangis sampai membasahi kaus putih yang ia kenakan karena gadis itu menaruh kepalanya di atas punggung Andrew, pelukan Claire cukup erat, sepertinya gadis itu butuh ketenangan.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang