08. Awal Datangnya Badai

1K 116 23
                                    

"Diam menunggu kejujuran. Namun, sayangnya Princess ikut bungkam."

-Arkan Reinner

-🥀-

Pasangan suami-istri yang tengah tidur bersampingan itu sedari tadi saling diam. Arkan diam menunggu Radella mengatakan kejujuran, tapi sedari tadi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya, wanita itu justru sibuk melamun.

Arkan menoleh ke samping, menatap istrinya yang tengah melamun.

"Kenapa?" tanya Arkan.

Radella masih belum sadar.

"Ra," panggil Arkan.

Wanita itu tetap diam.

"Radella." Baru untuk ketiga kalinya Radella menoleh dengan terkejut.

"Hah? Iya, kenapa?" tanyanya cepat.

"Ngelamunin apa?" tanya Arkan, wanita itu menggeleng. Pandangannya kembali ke atas, menatap langit-langit atap rumahnya.

"Gimana tadi pekerjaannya?" tanya Arkan lagi.

Radella menolah, ia diam untuk beberapa saat. Bingung harus menjelaskan darimana. Jika mengatakan yang sebenarnya, Radella tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi jika tidak jujur ia merasa terlalu jahat.

"Nggak gimana-gimana," jawab Radella akhirnya memilih untuk berbohong.

Arkan yang sebenarnya mendengar cerita Radella sore tadi dengan Kesya menjadi diam, menelan kekecewaan. Kenapa Radella tidak jujur padanya?

Princess-nya sudah berani berbohong. Arkan takut ini adalah awal dari datangnya badai itu, hidupnya yang sekarang bisa dikatakan sempurna. Rumah tangganya dengan Radella tidak pernah ada masalah sebelumnya. Karena pada dasarnya tidak ada yang sempurna di dunia ini, sepertinya sekarang Tuhan akan memberikan kekurangan itu pada rumah tangganya.

Lantas masalah apa yang akan terjadi selanjutnya?

Arkan ingin mencegah sebelum terjadinya badai itu, tapi ia tidak tahu harus dengan cara apa. Sedangkan pengundang badai itu justru istrinya sendiri yang hubungan rumah tangganya ingin ia pertahankan. Namun, Radella saja mengundang, lalu untuk apa Arkan menghentikan?

Tidak ada sesuatu yang diambil tanpa alasan. Mungkin Radella sudah menemukan sisa perasaan itu untuk masa lalunya.

"Ra-"

"Aku ngantuk, mau tidur," sela Radella cepat.

***

Setelah menyalimi tangan Arkan, Radella hendak membuka pintu mobil, tapi Arkan menahan tangannya. Laki-laki itu mengantarnya untuk bekerja.

Radella menoleh menatap suaminya. Mata Arkan seakan memancarkan kesedihan di sana.

"Lo masih sayang sama gue?" tanya Arkan.

Radella terkejut mendapat pertanyaan seperti itu, mereka diam untuk beberapa saat. Arkan menunggu jawaban Radella, berharap wanita itu akan menjawab sesuatu yang membuat hatinya kembali tenang.

Arkan menggeleng, ia melepaskan tangan Radella. "Lupain, gue cuman ngelantur. Sana masuk," suruh Arkan memaksakan senyumnya.

Arkan hanya tidak percaya Radella dekat dengan laki-laki lain, bahkan berani membohonginya. Ia tidak siap jika Radella akan menjawab yang membuat hubungan mereka semakin merenggang.

Radella mengangguk, sedikit bingung sebenarnya. Ia membuka pintu mobil dan pergi tanpa mengatakan apapun.

Kaki pendeknya melangkah masuk ke dalam perusahaan besar itu. Ia menuju ruangan kerjanya. Namun, langkahnya terhenti saat menemukan Yang Shee telah bersedekap dada di depan pintu.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang