39. Aku Bukan Mereka

540 86 11
                                    

"Akan aku katakan pada dunia bahwa aku memiliki sosok Hero yang selalu mengajarkan menjadi laki-laki sejati yang selalu menjunjung tinggi harga diri seorang perempuan."

-Andrew Gema Reinner

-🥀-

Claire tengah mengompres pipi memarnya menggunakan es batu, ia sudah mengganti seragamnya yang ada di loker. Beruntung bau amis itu sudah hilang karena Andrew telah membelikan parfum dan shampo.

"Kita ke UKS aja," ucap Andrew yang tiba-tiba datang. Laki-laki itu langsung membopong tubuh mungil Claire ala bridal style.

Saat melewati kelas-kelas, para siswi menatap itu iri, bahkan ada yang terang-terangan menyatakan patah hatinya.

"Gema, turunin gue! Gue malu!"

"Lo malu pacaran sama gue?" tanya Andrew.

"Bu-bukan, bukan gitu maksudnya," jawab Claire cepat.

"Ya udah makanya diem aja," suruh Andrew.

Claire menurut, ia mengalungkan tangannya pada leher Andrew, kemudian mereka masuk ke dalam UKS, Andrew menurunkan Claire hati-hati di atas kasur.

"Udah baikan?" tanya Andrew duduk di kursi dekat Claire.

Claire mengangguk. "Tapi masih pusing."

Andrew menghela napas. "Kenapa bisa gitu, sih?"

Claire mulai menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat.

"Jangan dimasukin hati omongan mereka, gue suka lo apa adanya. Lagian nyokap gue waktu ketemu lo juga kelihatan seneng, Mamah gue nggak pernah ngelarang gue dekat sama siapa aja."

"Tapi ... bokap lo?" tanya Claire lirih.

Andrew terdiam untuk sesaat, ia sendiri tidak bisa menaklukkan hati papahnya, hubungannya saja tidak terlalu dekat, ia tidak tahu bagaimana reaksi papahnya nanti. Yang Andrew tahu papahnya tidak menyuruhnya untuk bergaul dari kalangan yang sama, Andrew bebas memilih asal mereka baik.

"Kalau Mamah suka pasti Papah juga suka, lo tenang aja, keluarga gue nggak mandang segi ekonomi seseorang."

"Sekarang tidur, gue tungguin."

***

Andrew berjalan masuk ke dalam markas Black Eagle. "Nih, makanan." Ia menaruh dua kantong plastik putih yang langsung diserbu teman-temannya.

Di dalamnya ada kue lapis legit, keripik pisang cokelat, bakso goreng, beberapa bungkus kacang dan minuman bersoda.

"Tante Della emang baik hati banget," puji Dirga memakan kue lapis legit buatan Radella. Wanita itu sering sekali membuatkan makanan untuk mereka.

Andrew berdecak melihat Fendi dan Bagus tengah bermain kartu bridge di sofa, tanpa basa-basi Andrew meraih pemantik api di meja milik Dirga, kemudian merebut kartu itu dan membakarnya tanpa menyisakan satu kartu pun.

Bagus dan Fendi mendongak, mereka meringis.

"Gue udah bilang berapa kali sih, jangan main kartu kayak gitu!" peringat Andrew.

"Tapi kita nggak taruhan kok Bos, suwer!" jawab Bagus sembari mengangkat kedua jarinya membentuk tanda peace.

"Udahlah Gus, mending lo main Pou aja sono sama si Fathur," sahut Liam yang sibuk memakan bakso goreng.

"Sorry Bang, kita janji nggak akan main lagi," sesal Fendi yang diangguki oleh Bagus.

Andrew mengangguk lantas duduk di sofa, ia membuka minuman kaleng bersoda itu, kemudian meneguknya, setelah itu Andrew membuka keripik pisang cokelat kesukaannya.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang