"Dingin memang baik, tetapi menjadi diri sendiri lebih baik."
-Radella Maurillea Vinky
-🥀-
Andrew masuk ke rumah, ia baru saja dari basecamp. Setelah keluar dari rumah sakit, bukannya istirahat laki-laki itu justru langsung ikut turun di jalan, dan seperti biasa setelah balapan pasti akan berakhir tawuran, kemudian party.
"ASSALAMUALAIKUM WAHAI PENGHUNI RUMAH!" teriak Andrew.
"Waalaikumsalam," jawab Radella, Arkan, dan Richard yang ada di ruang TV.
"Eh, ada Paman Richard," sapa Andrew meledek, ia tahu bahwa Richard akan marah jika dipanggil Paman.
"Nih bocah ngeledek ya, sini lo gue pilis pala lo!" kesal Richard, sedangkan Andrew hanya tergelak.
Andrew menyambar camilan di toples, kemudian duduk dengan tangan direntangkan seolah penguasa.
"Pah, dulu nemu temen kayak gini di mana sih?" tanya Andrew.
"Andrew, nggak boleh gitu ah sama orang tua," tegur Radella.
"Abis Om Richard nyebelin Mah, suka ngeledek Andrew, heran kenapa Tante Kesya mau sama Om Richard," kata Andrew semakin menjadi.
"Maulah orang gue ganteng," jawab Richard.
"Idihhh, gantengan juga gue ke mana-mana," balas Andrew tak mau kalah.
Iya, kedua orang itu memang seperti seumuran ketika berbicara. Mereka selalu cek-cok masalah yang tidak jelas, memperdebatkan hal sekecil apapun.
"Udahlah mau mandi biar nggak asem kayak Om Richard," pamit Andrew langsung ngacir karena mendapat lemparan bantal sofa.
"Ar, lo tau nggak kenapa Andrew sifatnya lebih mirip sama gue daripada lo?" tanya Richard.
"Karena dia anak gue," jawab Richard.
Radella mendelik mendengar itu. "Nggak ih, ngarang banget Mas, aku nggak pernah gitu kok sama Richard. Beneran sumpah," jelas Radella.
Richard tertawa puas melihat wajah kesal Arkan. "Ah, ngaku lo, Del, dulu kita pernah 'kan ke hotel bareng?" gurau Richard mengada-ada. Kemudian ia langsung berlari sembari tertawa sebelum mendapat amukan dari Arkan.
Radella menatap Arkan. "Aku nggak pernah gitu sama Richard, Mas, beneran," kata Radella.
Arkan menatap istrinya, ia mengusap rambut wanita itu. "Kalau Richard ngomong gitu jangan diladenin."
"Kenapa?"
"Aku nggak suka," jawab Arkan.
"Kenapa? Kamu cemburu? Richard udah ada Kesya, udah punya Grace juga. Nggak mungkin kalau dia masih suka sama aku," ujar Radella.
"Siapa yang tau?" tanya Arkan.
Tangan Andrew yang tadinya hendak membuka handle pintu terhenti mendengar ucapan mereka. Mungkin terdengar candaan bagi orang lain, tetapi tidak untuk Andrew yang memang ragu bahwa Arkan adalah papah kandungnya.
"Om Richard pernah suka sama Mamah? Gue anak Om Richard?"
"Apa maksudnya?"
***
Hari ini Arkan, Radella, dan Andrew menginap di rumah orang tua Radella, tetapi Andrew tengah keluar. Biasa, laki-laki itu tidak pernah betah jika diam di rumah.
Malam ini mereka makan dengan khidmat, tidak ada pembicaraan apapun, hanya ada suara dentingan sendok dan piring.
Radella meminum air putih di depannya setelah makanannya habis. "Della sudah selesai," ucapnya langsung bangkit dari kursinya, ia menaiki tangga ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...