Hari ini Claire, Mika, Luke, Dirga, dan Liam pergi ke rumah sakit untuk setidaknya jika tidak boleh menjenguk maka menunggu pun tidak apa.
Terhitung sudah dua hari ini Andrew belum sadar, sepertinya mimpinya terlalu indah hingga laki-laki itu enggan membuka mata. Atau mungkin dunia terlalu kejam padanya hingga Andrew memilih untuk beristirahat.
Claire menghampiri Radella yang tengah duduk menunduk.
"Tante."
Radella perlahan menoleh, kemudian ia kembali menunduk, tidak seperti biasanya yang akan menyambut Claire dengan ramah.
"Gimana keadaan Gema, Tan?" tanya Claire.
"Belum sadar," jawab Radella lirih.
Mika yang duduk di samping Claire mengusap pundak sahabatnya untuk menguatkan. Claire melirik jam di pergelangan tangannya, sudah masuk jam besuk. Ia ingin menemui kekasihnya.
"Tante, Claire boleh masuk liat Gema nggak?"
"Tidak ada jam besuk, Andrew masih butuh banyak istirahat," jawab Arkan yang baru saja datang.
Claire menoleh, ia mengembuskan napas pasrah.
"Lebih baik kalian pulang, Andrew masih belum sadar," ucap Arkan.
Luke mengernyit heran, sikap Arkan tidak seperti biasanya. Detik berikutnya Luke menggeleng, mungkin karena Andrew belum sadar jadi Arkan seperti ini.
"Claire mau nunggu Gema, Om," ucap Claire.
"Claire, lebih baik kita pulang," ajak Dirga yang juga menyadari perubahan sikap Arkan, pria itu seakan tidak suka dengan kedatangan mereka.
"Dirga-"
"Masih ada hari esok, kalau lo pengin Andrew cepat sembuh lo harus biarin dia istirahat, lo juga harus istirahat Claire, besok waktunya lo sama Galen lomba, jangan sampai lo jatuh sakit," jelas Mika menarik Claire dari sana. Mika juga sadar bahwa Radella dan Arkan seperti tidak menyukai kehadiran Claire.
Luke, Dirga, dan Liam pamit pada Arkan dan Radella sebelum pergi dari sana. Setelah mereka pergi Arkan duduk di samping istrinya.
"Mau masuk?" tanya Arkan, Radella menggeleng pelan.
"Aku masuk dulu," ucap Arkan, kemudian mencium puncak kepala Radella.
Iya, Arkan memang berbohong tentang tidak ada jam besuk.
Baru berjalan beberapa langkah, ponselnya berdering. Arkan terpaksa berhenti dan mengangkat panggilan itu.
"Selamat siang Pak, kami dari tim kepolisian sudah menemukan orang yang menyebabkan putra Bapak kecelakaan. Atas nama Regent Kirvy Saputra yang sudah memerintahkan teman-temannya. Untuk kelanjutan informasinya Bapak bisa datang ke kantor polisi, dan untuk sidang kita laksanakan besok."
"Baik, besok saya akan datang. Terima kasih."
***
"Kalian ngerasa aneh nggak sih sama sikapnya Om Arkan tadi?" tanya Liam, mereka tengah berada di basecamp, hanya ada Luke, Dirga, Liam, Doni, Bagus, dan Joe di sini.
Dirga dan Luke mengangguk.
"Gue juga ngerasa gitu, bukannya Om Arkan dan Tante Della setuju hubungan Andrew sama Claire?" tanya Dirga ikut heran.
"Mungkin karena Claire jadi alasan Andrew balapan, mereka berpikir kalau bukan karena Claire, Andrew nggak akan kecelakaan, itu menurut gue sih," ungkap Luke, kemudian ia meneguk kaleng sodanya.
"Jujur aja sih gue agak kesel sama Claire yang terus ngutamain Galen," ujar Dirga, Liam mengangguk setuju.
"Pacarnya siapa yang selalu diutamain siapa," lanjut Bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier or Sadder? [END] ✓
Teen Fiction|| SEKUEL CERITA TEARS OF SINCERITY || ⚠️ Cerita yang bakal bikin kalian suudzon, emosi, dan senyum-senyum sendiri! ⚠️ *** Pernahkah kamu berkhayal? Menghayal menginginkan hidup bersama seorang Pangeran. Namun, sudahkah kamu memikirkan bagaimana keh...