60. Cepat Sembuh Jagoan

822 91 59
                                    

Di depan ruang ICU wajah tegang Radella, Vero, dan Reno terlihat jelas, sedangkan Arkan masih bertahan dengan wajah dinginnya, meskipun sebenernya ia sangat khawatir dengan keadaan sang putra.

Saat sang dokter dan satu suster keluar, Arkan dan Radella langsung bangkit dari duduknya menghampiri mereka.

"Gimana keadaan putra saya, Dok?" tanya Arkan.

"Benturan di kepalanya cukup kuat sehingga membuat Andrew belum sadar sampai sekarang, dadanya mengalami trauma thorax, salah satu tulang rusuknya retak, beruntungnya paru-parunya tidak cedera, dan mungkin setelah Andrew sadar akan kesulitan bernapas, nyeri yang ekstrim, bahkan batuk berdarah."

"Tapi Bapak dan Ibu tenang saja kami akan berusaha semaksimal mungkin, untuk tulang rusuk akan sembuh sendiri dalam jangka waktu yang dekat," jelas Dokter itu.

Arkan menghela napas pelan, sedangkan Radella kembali menangis. "Terima kasih Dok."

Dokter itu mengangguk lantas pamit pergi, Arkan dan Radella masuk ke dalam ruang ICU setelah menggunakan gaun protektif.

Di ruangan yang putih dengan bau obat-obatan terlihat seorang laki-laki tampan tengah berbaring lemah di atas ranjang, matanya masih setia terpejam sejak kecelakaan itu.

Radella berhenti melangkah sembari menutupi mulutnya tak sanggup melihat putranya seperti itu, banyak selang dan perban yang menempel di tubuh putranya, hal itu membuat air mata Radella mengalir deras.

Arkan mengusap bahu istrinya. "Jangan menangis, Jagoan sedih melihat Malaikatnya menangis," kata Arkan, ia menuntun Radella berjalan ke arah ranjang Andrew.

Suara bunyi mesin EKG itu rasanya membuat Radella takut, ia takut jika tiba-tiba suaranya berubah menjadi nyaring dan menampilkan garis lurus, Radella menggeleng sembari memejamkan mata, dan Arkan melihat itu dengan tidak tega.

"Hei, apa yang kamu bayangin, hm? Jagoan pasti sembuh, kita cukup berdoa," ujar Arkan, Radella mengangguk.

Radella duduk di kursi samping putranya tertidur, ia mengusap air matanya, kemudian mencium punggung tangan Andrew yang dingin.

"Hai anak Mamah, nggak capek tidur terus? Bangun yuk, banyak lho yang nunggu kamu. Mamah kangen sama kamu Sayang."

Arkan mengusap bahu Radella yang bergetar, berusaha untuk menguatkan. Kini air mata Radella kembali meluruh.

"Andrew sayang 'kan sama Mamah? Kalau sayang bangun, ya? Jangan bikin Mamah takut," pinta Radella.

"Mamah sayang banget sama Andrew, kalau Andrew pergi siapa yang jaga Mamah kalau Papah kerja? Siapa yang bela Mamah kalau Papah marah? Siapa yang bakal temenin Mamah sama Papah di rumah? Siapa yang bakal jailin Mamah lagi? Cuman Andrew harta satu-satunya yang kita punya, Mamah mohon kamu bangun, ya?"

Arkan yang merasa istrinya sudah tidak sanggup lagi menggeleng. "Jangan seperti itu, biarkan Andrew bangun sesuka hatinya, dia Jagoan, pasti akan bangun," kata Arkan sembari menghapus air mata istrinya.

"Jagoan tidak akan tega melihat mamahnya yang cerewet ini terus menangis," lanjut Arkan, Radella memeluk suaminya sebentar untuk menyalurkan kesedihannya.

"Jangan menangis," ucap Arkan.

"Aku tidak menangis, tapi air matanya terus keluar sendiri," jawab Radella membuat Arkan gemas.

Radella kembali menatap putranya, ia tidak kuat jika berlama-lama di sini. "Mamah keluar dulu ya, kamu di sini bicara sama Papah. Cepat sembuh Jagoan."

***

"Cari siapa orang yang sudah membuat putra saya kecelakaan, di manapun itu saya tidak peduli, cari mereka sampai ketemu, setelah itu tuntut dan masukan ke dalam sel," perintah Arkan pada Daniel lewat telepon, nadanya terdengar serius, dingin, dan mengerikan.

Happier or Sadder? [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang